Pungutan liar (pungli) bantuan sosial (bansos) Covid-19 di Tangerang jadi sorotan publik usai temuan Menteri Sosial Tri Rismaharini beberapa waktu lalu. Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengungkap sejumlah modus pungli tersebut.
Arief mengatakan ada oknum petugas yang meminta jatah kepada penerima bansos. Modus itu masih terjadi meski pemerintah telah mengubah cara penyaluran bansos via transfer bank.
“Ada lagi yang katanya istilah di lapangan Operasi Batok. Jadi, kalau uangnya diterima langsung si penerima, kita lagi investigasi, ada oknum-oknum di bawah yang nanti nyamperin, ‘Mana setoran Rp50 ribu atau berapa?’ Diminta alasan uang lelah, uang capek,” kata Arief dalam webinar yang disiarkan kanal Youtube KPK RI, Kamis (19/8) dilansir CNNIndonesia.com.
Arief menyebut ada juga pungli dengan modus sukarela. Para penerima mau tidak mau memberi uang secara sukarela kepada petugas yang membantu pendataan.
Ia juga menemukan ada kerawanan yang dialami difabel penerima bansos Covid-19. Arief mengaku menemukan tunanetra yang harus didampingi saat mengambil uang bansos di ATM.
Kemudian, ada oknum petugas yang memegang kartu ATM penerima bansos Covid-19. Penerima diminta menuliskan PIN di belakang kartu ATM tersebut.
“Kita tahu masalah kompleks. Kaitan bansos seolah-olah ada gula ada semut, permasalahan pasti ada,” ujarnya.
Arief mengatakan pihaknya membuka kanal-kanal laporan warga terkait bansos Covid-19. Ada 82 laporan yang berkaitan dengan pungli bansos Covid-19.
Ia berjanji akan memperbaiki penyaluran bansos Covid-19. Pemerintah Kota Tangerang juga bekerja sama dengan aparat keamanan untuk menindaklanjuti tindak pidana dalam penyaluran bantuan sosial.