Benjamin Eastman (16) adalah remaja tampan yang dicintai orang-orang sekitarnya, dia dibesarkan dan tinggal dengan ayahnya yang menikah lagi setelah perceraian dengan ibunya.
Ben (sapaan akrabnya) sangat dekat dengan sang ayah, bahkan sebelum hari dia dibunuh, Ben dan ayahnya sempat bermain video game.
“Kami sempat bermain video game, lalu aku pamit tidur, aku bilang ‘ayah akan tidur, ayah mencintaimu’ sebelum pergi. Kami sangat baik dalam mengekspresikan rasa kasih sayang,” kata Ayahnya.
Keesokannya, ayah Benjamin bangun dan menyadari anaknya tidak ada di rumah. Ia lantas mencari anaknya ke rumah Marquez, sahabat Benjamin sejak taman kanak-kanak. Kedua sahabat itu memang berjanji akan pergi berkemah bersama, namun Marquez mengaku Benjamin tak pernah muncul.
Menurut ayah Ben, Marquez memang bertingkah agak mencurigakan, namun tak terpikir olehnya Marquez akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap anaknya, mengingat mereka sudah berteman sejak kecil.
Beberapa hari berlalu, anak kesayangannya tak juga muncul. Ayah Benjamin, yang oleh orang-orang sekitar dipanggil BJ akhirnya melaporkan anaknya hilang ke pihak berwajib.
Sebenarnya, sudah sejak lama ia ingin melapor, namun, Benjamin memang kerap berpindah-pindah dan berpergian ke rumah ibu kandung dan bibinya, sehingga awalnya BJ tak menaruh kecurigaan.
Akhirnya penyelidikan dimulai, penyidik mengungkapkan bahwa orang yang terakhir kali dihubungi Benjamin adalah Marquez.
Untuk menghilangkan jejak kejahatannya, si licik Marquez bertingkah seolah-olah ia ikut cemas atas menghilangnya Benjamin. Lewat Facebook, ia bahkan mengunggah permintaan tolong ke publik untuk mencari keberadaan Benjamin.
“Tolong apabila kalian mendengar sesuatu atau mengetahui keberadaan Benjamin Eastman, segera hubungi keluarganya,” bunyi unggahan itu.
Keesokan harinya, ayah Benjamin dihubungi oleh seorang teman yang kebetulan akan melakukan pekerjaan di belakang perkemahan milik keluarga Marquez, dia berjanji akan membantu mencari keberadaan Benjamin.
Benar saja, tak lama sesudahnya, BJ mendapat telpon dari temannya itu, mengatakan bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang tampak seperti kuburan dangkal. Gundukan tanah itu tampak masih basah, terlebih sebuah potongan salib tampak jatuh di atasnya.
Para detektif langsung menuju ke TKP, mereka menggali bongkahan tanah itu dan menemukan jasad yang kemudian diidentifikasi sebagai Benjamin Eastman. Hancur sudah harapan BJ untuk bertemu anak kesayangannya yang biasa ia panggil “baby bird”.
Otopsi mengungkapkan bahwa Benjamin meninggal akibat trauma benda tumpul. Tak sendiri, Marquez menghajar Benjamin ditemani oleh saudara laki-laki tirinya, Adamson. Saat ditanyai berapa kali mereka menendang Benjamin, Adamson menjawab “sekitar seratus kali”.
Detail-detail pembunuhan Benjamin kian terungkap. Sebelum dia tewas, Marquez dan Adamson melakukan pelecehan seksual terhadap Benjamin dengan sebuah tongkat dan membenturkan kepala remaja malang itu dengan batu. Penyiksaan itu berlangsung selama 45 menit, bayangkan betapa sadisnya mereka menyiksa Ben.
Marquez yang saat itu masih berusia 16 tahun (dianggap hukum masih di bawah umur) diadili layaknya orang dewasa, hakim tak lagi mempertimbangkan usianya, dia dihukum 34 tahun penjara. Sedangkan kakak tirinya, Adamson yang saat itu berusia 21 tahun, dijatuhi hukuman penjara selama 47 tahun.
Keduanya didakwa atas pembunuhan tingkat pertama, perusakan jasad, pelecehan, dan merusak barang bukti. Hingga saat ini motif pembunuhannya tak pernah diungkapkan, namun beredar kabar bahwa pertikaian di antara keduanya bermula dari seorang gadis.
Meski keduanya dikabarkan sudah berbaikan, namun tampaknya Marquez masih menyimpan dendam terhadap Benjamin, sehingga dia ingin memberi pelajaran kepada sahabatnya dengan bantuan sang kakak yang menghantarkan kepada kematian Benjamin.