Pertempuran paling mematikan di Myanmar sejak Juli lalu antara pasukan pemerintah dan pasukan perlawan masih berlanjut. Setidaknya 15 hingga 20 penduduk desa, termasuk beberapa remaja tewas.
Pertempuran di dekat kota Gangaw di wilayah Magway barat laut dimulai pada Kamis lalu, dua hari setelah seruan untuk pemberontakan nasional dikeluarkan oleh Pemerintah Persatuan Nasional, sebuah organisasi oposisi yang berusaha mengoordinasikan perlawanan terhadap kekuasaan militer.
“Pertempuran pecah ketika lebih dari 100 tentara tiba dengan empat kendaraan militer untuk mengamankan daerah di Myin Thar dan lima desa terdekat lainnya,” kata seorang penduduk seperti dikutip dari The Associated Press, Sabtu (11/9).
“Anggota milisi bela diri desa bersenjata ringan melepaskan tembakan peringatan tetapi tidak dapat menghentikan tentara memasuki daerah itu dan bentrokan berlanjut setelah itu,” sambungnya, yang berbicara dengan syarat anonim untuk menjaga keamanannya.
Menurut sumber lain, setidaknya 11 anggota kelompok bela diri tewas dalam pertempuran tersebut. Foto-foto yang digambarkan sebagai jasad para korban beredar luas di internet, dan cukup jelas untuk diidentifikasi oleh mereka yang mengenal para korban.
“Kami hanya memiliki senjata buatan tangan dan senjata kunci perkusi,” kata penduduk desa.
“Saat hujan, senjata menjadi tidak berguna. Ada banyak korban karena ketidakseimbangan senjata,” imbuhnya.
Pasukan pemerintah Myanmar sendiri diperlengkapi dengan baik dengan senjata modern dan memiliki akses ke dukungan udara dan artileri.
Menurutnya, penduduk lain mengatakan kepadanya bahwa sebagian besar anggota pasukan pertahanan desa adalah pemuda dan lima dari mereka yang tewas adalah siswa kelas 9 dan 10.
“Seorang guru sekolah menengah juga dikatakan telah terbunuh,” katanya.
Ia menambahkan lebih dari 2.000 rumah tangga di daerah itu telah melarikan diri ke hutan, sementara tentara berkemah di rumah-rumah yang ditinggalkan dan di biara Buddha setempat. Empat orang lagi dipastikan tewas setelah pertempuran pecah lagi Jumat pagi, katanya, dan sejumlah rumah dibakar.
Laporan oleh media independen menyebutkan jumlah korban tewas di antara penduduk desa mencapai 20 orang atau lebih. Khit Thit Media, sebuah berita online, mengatakan diberitahu oleh penduduk desa bahwa korban tewas termasuk tujuh non-pejuang selain militan.