Pembunuhan seorang guru sekolah dasar di London pekan lalu kembali memicu percakapan internasional seputar kekerasan terhadap perempuan.
Polisi Metropolitan London dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Sabina Nessa meninggalkan rumahnya di London selatan dan berjalan kaki ke pub lokal ketika dia dibunuh.
Pihak berwenang yakin Nessa dibunuh saat berjalan melewati taman di kota Greenwich menuju pub tempat dia bertemu dengan seorang teman.
Mayatnya ditemukan di dekat pusat komunitas di dalam taman pada malam berikutnya. Menurut polisi, pemeriksaan post-mortem oleh koroner tidak meyakinkan.
“Perjalanan Sabina seharusnya memakan waktu lebih dari lima menit tetapi dia tidak pernah sampai ke tujuannya,” kata Inspektur Detektif Joe Garrity dalam siaran pers.
“Kami tahu masyarakat benar-benar terkejut dengan pembunuhan ini, sama seperti kami dan kami menggunakan setiap sumber daya yang tersedia bagi kami untuk menemukan individu yang bertanggung jawab.”
Dalam sebuah wawancara dengan ITV, sepupu Nessa, Zubel Ahmed, mengatakan keluarganya hancur.
“Dia benar-benar orang yang paling baik dan perhatian di luar sana,” kata Ahmed.
“Saya tidak mengerti bagaimana seseorang bisa melakukan ini, saya benar-benar tidak mengerti. Ini adalah kerugian besar bagi keluarga kami.”
Menurut Kepolisian Metro, dua pria yang tidak disebutkan namanya ditangkap sehubungan dengan pembunuhan Nessa.
Pembunuhan Nessa terjadi enam bulan setelah pembunuhan Sarah Everard yang berusia 33 tahun, wanita yang juga dibunuh saat berjalan pulang dari rumah seorang teman di barat daya London.