Sebanyak 114 ekor satwa dilindungi yang gagal diselundupkan ke Thailand, kini hanya tersisa 76 ekor yang berhasil dilepasliarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan. Pasalnya selama penangkaran banyak hewan tersebut mati.
Pelepasliaran hewan dilidungi tersebut dilakukan ke habita aslinya, pengiriman dilakukan melalui Terminal Kargo Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Selasa (5/10). Rencananya akan transit di Cengkareng dan kemudian disebar ke Papua, Papua Barat, dan Maluku.
Kepala BKSDA Sumsel Ujang Wisnubarata menjelaskan, 76 ekor yang tersisa tidak sepenuhnya dapat dikembalikan ke habibatnya. Sebab, 11 ekor di antaranya terinfeksi flu burung berdasarkan PCR Avian Influenza (PCR-AI) oleh Balai Veteriner Lampung.
“Dari 114 ekor, 38 ekor di antaranya mati dan 11 terinfeksi flu burung,” ungkap Ujang, Selasa (5/10).
Hewan-hewan yang terinfeksi adalah burung Nuri Ara Besar. Guna menghindari virus tersebut berdampak ke manusia, burung-burung tersebut langsung dimusnahkan.
“Langsung kita musnahkan agar tidak membahayakan manusia dan menular ke hewan lain,” ujarnya.
Dia mengatakan, kerugian negara dari penyelundupan itu mnecapai Rp1,3 miliar berdasarjan harga di pasar internasional. Sementara harga pasar gelap lokal sekitar Rp300 juta.
“Pasar gelap internasional harganya naik tiga kali lipat, itu dari informasi yang kami gali,” kata dia.
Sementara 65 ekor satwa dlindungi yang disebar beragam macam. Yakni 33 ekor yang dikirim ke Papua seperti dua jenis ayam Mambruk Viktoria dengan sebaran habitat Jayapura, Biak, pulau Yepen hingga Nabire. Lalu tiga ekor Kasturi kepala hitam dengan sebaran Bovendigul, Asmat hingga Mimika. Dua ekor Kakak Tua Raja, 17 ekor Soa Payung dengan habitat Merauke, dan 9 ekor Kadal Panama (tidak dilindungi).
Tujuan Papua Barat dikirimkan empar ekor Nuri Hitam dengan habitat di sepanjang pesisir hingga Semenanjung Onin. Sementara tujuan Maluku, ada 13 Kasturi Ternate dengan habitat di Maluku Utara, enam ekor Kakak Tua Maluku dengan sebaran Maluku selatan, dan sembilan ekor kadal Panama (tidak dilindungi).
“Semua hewan itu endemik Indonesia Timur. Kita kembalikan ke habitatnya agar tidak punah,” pungkasnya.
Diberitakam sebelumnya, polisi mengungkap penyelundupan ratusan satwa beragam jenis yang dilindungi asal Papua ke Thailand. Pengungkapkan kasus ini berawal dari kecurigaan petugas terhadap mobil jenis HiAce nomor polisi terparkir di pinggir Jalan Soekarno Hatta Palembang beberapa waktu lalu. Penggeledahan pun dilakukan karena pengemudinya tidak berada di tempat.
Petugas menemukan beragam jenis satwa dilindungi. Seperti burung kakaktua raja sebanyak 6 ekor, kakatua jambul orange (7 ekor), burung buri kepala-hitam (10 ekor dan 1 sudah mati), burung mambruk (2 ekor), nuri mazda (22 ekor), nuri hitam (17 ekor), dan nuri bayan (22 ekor).
Kemudian kadal Panama (20 ekor), soa payung (20 ekor), sugar glider (7 ekor), bajing (6 ekor dan 1 albino) dan garangan (2 ekor). Hewan-hewan itu dikurung dalam sangkar di bagian belakang mobil. (sumber-Merdeka.com)