Salah satu dosen Uiniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Zubair, M.Ag mendadak viral karena telah menghina organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Namun, Zubair langsung memberikan klarifikasi setelah beredarnya video tersebut. Dalam video klarifikasinya, Zubair menegaskan sama sekali tidak ada maksud menghina atau membandingkan antara NU dan Muhammadiyah.
Zubair berasalasan, tujuannya saat itu, semata-mata hanya untuk merangsang daya kritis mahasiswa selama perkuliahan berlangsung dengan tema diskusi ‘Ilmu Kalam atau Teologi Islam’.
“Saya Zubair, dosen mata kuliah Studi Islam di Fakultas Adab dan Humaniora di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehubungan dengan video yang viral perkuliahan saya, maka melalui kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan tabayun,” ucapnya di dalam video klarifikasinya.
“Saya menyampaikan penyesalan sedalam-dalamnya atas kekeliruan dan kesalahan saya dalam memberikan contoh mengenai penerapan teologi Asy’ariah dengan menyebutkan NU dan Muhammadiyah. Itu adalah murni kesalahan dan kekeliruan pribadi saya,” sambungnya.
“Yang kedua, menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya kepada seluruh umat Islam khusus kepada keluarga besar Nahdlatul Ulama, karena kekalaian saya telah menyakiti hati dan perasaan mereka. Dan kepada keluarga besar Muhammadiyah, saya juga memohon maaf karena kecerobohan telah mengusik ketentraman mereka dengan membandingkannya dengan keluarga besar Nahdlatul Ulama,” tegasnya.
Selain kepada kedua ormas islam itu, Zubair juga menyampaikan permintaan maaf kepada Kementerian Agama serta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
“Saya juga memohon maaf kepada institusi kami Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga kepada kementerian Agama Ri. Tabayun ini adalah jalan bagi saya, agar Allah mengampuni dan berkenan mengampuni segala kesalahan dan dosa yang telah saya lakukan sebagai hamba yang lemah dan dzalim ini,” ucapnya.
Kemudian, Zubair menjelaskan soal materi perkuliahan yang viral itu. Bahwa materi kuliah yang ada dalam video itu berkaitan dengan ilmu kalam atau teologi dalam Islam.
Tujuannya, sama sekali tidak bermaksud untuk mendiskreditkan Nahdlatul Ulama yang berpaham Asy’ariyah karena dia sendiri adalah penganut Asy’ariyah.
Penyebutan contoh itu semata-mata untuk menggugah dan memancing daya kritis mahasiswa agar mau berdiskusi lebih jauh, mau memberikan tanggapan dan komentar agar suasana kelas lebih hidup. Namun dia berjanji kedepan akan lebih bijak menyampaikan ilustrasi.
“Saya dengan rendah hati memohon bimbingan dan arahan dari guru guru saya, dari perguruan tinggi Islam, keluarga besar Nahdlatul Ulama dari Perserikatan Muhammadiyah dan juga ormas-ormas lainnya, agar saya tidak lagi tersesat dan keliru dalam perjalanan hidup saya,” imbuhnya.
“Demikian atas perhatian dan pemahaman dari semua pihak yang telah saya sakiti Semoga Allah memberikan balasan pahala dan keberkahan yang sebanyak-banyaknya,” tutupnya.
Sebelumnya,Zubair menghina NU dalam sebuah acara diskusi melalui zoom dengan tema Diskusi Ilmu Kalam atau Teologi Islam pada perkualiahan hari Senin, 1 Oktober 2021.
Dalam acara itu, Zubair menyebut organisasi NU menganut teonologi Asy’ariyah yaitu salah satu aliran dalam ilmu kalam. Menurutnya, hal itulah yang membuat warga Nahdliyin atau warga NU mengalami kemunduran.
“Asy’ariah itu membingungkan dan tidak produktif, tidak progresif, tidak inovatif, tidak kreatif bikin orang bodoh dan terbelakang itulah Asy’ariyah, makanya NU tidak maju-maju itu karena Asy’ariyah terlalu kuat. Muhammadiyah maju dia, karena memang berkemajuan, dia Mu’tazilah,” tutur Zubair dalam video viral tersebut.
Dalam video itu, Zubair juga membandingkan jiwa NKRI yang saat ini dimiliki oleh pengikut NU dan Muhammadiyah.
Menurutnya, Muhammadiyah lebih NKRI karena membangun banyak rumah sakit hingga perguruan tinggi di wilayah yang mayoritas nonmuslim.
“NU itu merasa NKRI, tetapi tidak ada dia bangun kampus di tengah-tengah orang Kristen, sementara Muhammadiyah itu membangun Universitas di Maluku, di Ambon, di NTT yang mayoritas Kristen bahkan di Papua. Sekolah Muhammadiyah dari TK sampai perguruan tinggi juga ada,” katanya.