200 warga Papua terpaksa mengungsi usai adanya rentetan kontak senjata terjadi.
Saat ini Papua Nugini mengerahkan pasukan pertahanan untuk menginvestigasi kabar 200 orang dari Indonesia yang mengungsi melewati batas antar negara tersebut.
Disinyalir, konflik bersenjata yang terjadi di Papua membuat sejumlah orang dari Indonesia memasuki Papua New Guinea. Dalam dua pekan terakhir, baku tembak antara TNI dengan kelompok pemberontak terjadi di provinsi Papua yang mengakibatkan satu orang anak dikabarkan tewas dan beberapa lainnya luka-luka.
Dikutip dari ABC Australia, Komandan Pasukan Pertahanan PNG Gilbert Toropo mengatakan merengah tengah mencari tahu apakah terdapat pasukan tentara Indonesia yang melintas untuk mengejar pemberontak.
Amnesty International memperkirakan sekitar 180 orang telah melarikan diri ke pos Tumolbil dekat perbatasan. Mereka diketahui mengungsi setelah baku tembak terjadi di Kabupaten Intan Jaya pada Selasa (2/11).
Peneliti Amnesty International Ari Pramuditya mengatakan konflik yang kini terjadi adalah buah dari pembalasan militer Indonesia setelah seorang tentara terluka karena pemberontak.
“Menurut pantauan kami, ketika baku tembak antara militer dan kelompok bersenjata Papua mengakibatkan korban militer, aparat keamanan sering mencari anggota kelompok bersenjata di pemukiman terdekat yang sering mengakibatkan kematian warga sipil,” kata Ari.
Ari mengatakan lebih dari 1000 orang telah meninggalkan rumah mereka dalam dua minggu terakhir dan banyak di antara mereka yang jatuh sakit.
Pemerintah Indonesia dinilai harus menyelidiki penembakan minggu lalu dan memastikan siapa pun yang bertanggung jawab untuk dibawa ke pengadilan. Sementara itu, pemerintah diminta untuk mengirimkan bantuan kepada pengungsi.
Toropo mengatakan bahwa mereka telah mengerahkan 11 tentara untuk menilai situasi dan kondisi di Tumolbil.
“Saat ini mereka sedang melakukan penilaian sejauh mana konflik ini terjadi,” katanya.
Ia menambahkan hingga kini masih belum menerima laporan terperinci. Namun, PNG akan mencari tahu berapa banyak orang yang telah menyeberangi perbatasan.
“Kami harus mencari tahu lebih jauh tentang langkah apa yang perlu kami ambil,” ujarnya.
Ia menyayangkan konflik di Indonesia dapat mempengaruhi warga PNG. Toropo ingin kedua pemerintah duduk dan membahas solusi atas masalah ini ke depan.
Peneliti Indonesia yang berbasis di Canberra, Hipolitus Wangge mengatakan penyeberangan perbatasan antara Indonesia dan PNG sering terjadi. Hipolitus mengatakan orang-orang yang terlantar akibat kekerasan seringkali kemudian direkrut oleh kelompok-kelompok pejuang pro-kemerdekaan.