Kediaman Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhemi diserang pesawat tak berawak (drone) Minggu (7/11) waktu setempat. Serangan dilakukan di zona hijau ibu kota Baghdad, di mana ketegangan politik akibat hasil pemilihan umum bulan lalu meningkat.
Kediaman sang PM selama ini berada di zona hijau di Banghdad, berdekatan dengan kantor perwakilan asing negara-negara sahabat.
Beruntungnya al-Kadhemi sendiri tidak terluka dalam kejadian ini. Meski demikian sejumlah penjaga dikabarkan mengalami luka-luka.
Dia juga meminta masyarakat untuk tetap “tenang dan menahan diri”.
“Saya baik-baik saja, terima kasih Tuhan, dan saya menyerukan agar semua orang tenang dan menahan diri demi kebaikan Irak,” cuit Kadhemi di Twitter, setelah apa yang disebut kantornya sebagai “upaya pembunuhan yang gagal”.
Serangan ini meningkatkan kembali ketegangan politik yang memang memanas pasca pemilu 10 Oktober. Aliansi Penaklukan (Fatah), cabang politik dari jaringan paramiliter Hashed al-Shaabi yang pro Iran mengalami penurunan suara yang substansial di parlemen.
Pendukung kelompok itu menganggapnya “sabotase”. Ratusan pendukungnya sempat melakukan protes besar Jumat, yang berujung pada bentrok dengan aparan di dekat Zona Hijau.
Kementerian Kesehatan melaporkan 125 orang cedera. Sebagian besar pasukan keamanan.
Pro kelompok itu juga masih melakukan demo hingga Sabtu. Beberapa membakar potret perdana menteri, yang mereka sebut “penjahat”.
Sebelumnya, dua sumber keamanan mengkonfirmasi terjadinya serangan di zona hijau yang dijaga ketat. Zona Hijau adalah distrik keamanan tinggi di mana kedutaan AS dan gedung-gedung pemerintah Irak berada, termasuk komisi pemilihan.
“Sejumlah besar pasukan keamanan dikerahkan di dalam dan sekitar zona itu setelah serangan,” menurut sumber keamanan.
Sementara itu, sejumlah negara bereaksi atas serangan itu. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) melalui juru bicara Gedung Putih Ned Price mengatakan akan menawarkan bantuan bagi Baghdad dalam aksi ini.
“Tindakan terorisme yang nyata ini, yang kami kutuk keras, diarahkan ke jantung negara Irak,” katanya.
“Kami berhubungan erat dengan pasukan keamanan Irak yang bertugas menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan Irak dan telah menawarkan bantuan kami saat mereka menyelidiki serangan ini.”
Hasil awal jajak pendapat menunjukkan Aliansi Penaklukan (Fatah), cabang politik dari jaringan paramiliter Hashed al-Shaabi pro-Iran multi-partai, mengalami penurunan kursi parlemen. Karena itu, para pendukungnya mengecam hasil itu dan menganggapnya sebagai “kecurangan”.
Pada Jumat (5/11), ratusan pendukung Hashed bahkan terlibat bentrok dengan polisi. Mereka melampiaskan kemarahan atas hasil pemilihan bulan lalu di di dekat zona hijau Irak. Sumber keamanan menyebut ada 1 orang pengunjuk rasa yang meninggal karena luka-luka di rumah sakit. Sementara dari kubu Hashed menyebut ada 2 pengunjuk rasa yang tewas akibat bentrok yang terjadi.
Kementerian kesehatan melaporkan 125 orang cedera, sebagian besar dari pasukan keamanan.