Oknum anggota TNI disebut-sebut melakukan pemukulan terhadap anggota Polwan polda Kalteng. Jagat media sosial ramai memperbincangkan kejadian seorang polwan yang bertugas sebagai anggota Disamapta Polda Kalteng menjadi korban kekerasan.
Polwan yang mengalami kekerasan adalah Bripda Tazkia Nabila Supriadi. Kejadian itu dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Kalimantan Tengah, Kombes Kismanto Eko Saputro.”Betul,” katanya saat dikonfirmasi merdeka.com, Selasa (7/12).
Kismanto belum bisa menjelaskan detail kronologi kejadian. Termasuk bagian tubuh dari Bripda Tazkia Nabila Supriadi yang menjadi sasaran pemukulan.
Menurutnya, penjelasan lebih rinci akan disampaikan dalam press rilis yang akan digelar pagi ini. Tetapi membenarkan pelaku pemukulan adalah prajurit TNI dari Batalyon 613 Antang. Oleh karena pelaku adalah Prajurit, maka tindakan selanjutnya di serahkan pada atasannya langsung. “Kita sudah lakukan pertemuan dengan pihak korem. Kita serahkan ke atasannya langsung,” katanya.
Terhadap Bripda Tazkia Nabila Supriadi juga sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan. Dia memastikan persoalan ini sudah dimediasi. “Iya sudah gak ada masalah kok, sudah clear kok,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Prantara Santosa, saat dikonfirmasi juga belum bisa menjelaskan secara rinci. “Tunggu dulu ya,” katanya singkat.
Informasi yang beredar, peristiwa bermula saat Bripda Tazkia Nabila Supriadi dan rekan-rekannya yang tergabung dalam tim pengurai massa (raimas) melaksanakan patroli KRYD pada Sabtu (4/12) pukul 22.30 Wib. Patroli dilakukan di kawasan Jl Pameran Temanggung Tilung Palangkaraya dan sekitarnya.
Seusai patroli, dalam perjalanan tepatnya di Jalan Tjilik Riwut Km 02, tim melihat ada kerumunan. Bripda NLR yang menggunakan sepeda motor coba melerai. Tetapi mendapatkan perlawanan dari seseorang mengaku anggota Batalyon Rider 613 Antang. Brida NLR dipukul di bagian bibir dan kepala belakang. Bripda Tazkia yang juga ada di lokasi, menjadi sasaran pemukulan di bagian kepala belakang dan luka memar di tangan kiri.
Setelah itu, anggota Raider yang datang ke lokasi semakin banyak. Hal itu membuat Ipda DA sebagai pimpinan di lapangan memanggil personel raimas yang standby membantu melerai kerumunan, tetapi kembali mendapatkan perlawanan berupa pemukulan. Polisi lainnya berinisial Bripda SRS juga mendapatkan pukulan di kepala.
Ipda DA kemudian memutuskan menarik mundur anggota raimas untuk selanjutnya melaporkan kejadian itu ke Provos Batalyon Rider 613 Antang. Tetapi tidak direspons dengan baik dari petugas piket. Jawaban didapat tak ada prajurit yang keluar pada malam itu.
Malah saat seorang personel rainmas merekam suasana, diancam akan dihancurkan ponselnya. Karena mendapat respons tidak baik, Ipda DA memerintahkan anggotanya kembali ke mako Ditsamapta Polda Kalteng dan melaporkan kepada pimpinan.
(sumber-Merdeka.com)