Sebanyak 18 warga Desa Tamilou, Kecamatan Amahai di Kabupaten Maluku Tengah terkena tembakan aparat kepolisian pada Selasa, (7/12) subuh sekitar pukul 05.20 WIT.
Sebanyak tiga orang warga telah dilakukan evakuasi ke Kota Masohi, pasca kejadian penembakan yang terjadi di Kabupaten Maluku Tengah, pada Rabu (7/12) sekitar pukul 05.20 Wit. Penembakan oleh aparat kepolisian setelah diduga adanya perampasan senjata api (Senpi).
“Dari kejadian itu ada 3 orang yang dievakuasi dibawa ke kota Masohi, Ibu kota Kabupaten untuk dilakukan pengobatan lebih lanjut. Ada juga yang sudah keluar karena tidak terlalu lukanya tidak membahayakan,” kata Kabid Humas Polda Maluku, Kombes M Roem Ohoirat saat dihubungi merdeka.com, Rabu (7/12).
Sementara itu, atas insiden tersebut juga adanya warga yang terluka ringan dan hanya mendapatkan pengobatan di Puskesmas.
“Cuma jumlahnya itu sampai sekarang kami tidak tahu karena dari pihak sana tidak kooperatif. Nah anggota ke sana juga tidak bisa,” ujarnya.
Selain itu, untuk kondisi di lokasi itu sendiri disebutnya sudah mulai aman. Namun, masih adanya pemalangan jalan yang membuat masyarakat sekitar jadi terganggu.
“Situasinya sampai saat ini aman. Namun, karena desa itu tepat di jalan poros, sehingga mereka melakukan pemalangan terhadap jalan. Nah akibat dari pemalangan ini lalu lintas macet. Sudah barang tentu aktivitas masyarakat di wilayah itu terganggu,” ungkapnya.
“Sementara kita melakukan upaya pendekatan secara persuasif, melibatkan pemda setempat dengan masyarakat setempat agar bisa membuka akses jalan di daerah tersebut,” tutupnya.
Versi Tokoh Masyarakat
Sebanyak 18 warga Desa Tamilou, Kecamatan Amahai di Kabupaten Maluku Tengah terkena tembakan aparat kepolisian pada Selasa, (7/12) subuh sekitar pukul 05.20 WIT.
“Seluruh korban, tiga diantaranya ibu-ibu saat ini sementara menjalani perawatan medis di Puskesmas Tamilou. Namun, dua orang diantaranya telah dirujuk ke RSUD Masohi,” kata tokoh masyarakat Tamilouw, Habiba Pelu, seperti dilansir Antara.
Akibat insiden tersebut, tokoh masyarakat, sesepuh, mahasiswa, dan pemuda Tamilou di Kota Ambon langsung menemui Wakapolda Maluku Brijen Pol Jan de Fretes. Mereka melaporkan dan meminta pertanggungjawaban Kapolres Malteng, AKBP Rosita Umasugy.
Insiden penembakan warga ini bermula dari beberapa ibu yang hendak membuang sampah dan berpapasan dengan aparat Polres Maluku Tengah.
Kehadiran aparat kepolisian ini menuju Dusun Ampera dan Tamilou selaku desa induk hendak menangkap pemicu keributan warga Tamilou dengan warga Dusun Rohua.
Sejumlah warga yang diduga melakukan aksi penebangan tanaman umur panjang milik warga Dusun Rohua dan pembakaran balai desa sudah dipanggil polisi namun mereka tidak hadir.
“Sesuai dengan hasil informasi bahwa awalnya ada upaya penangkapan terhadap beberapa oknum terkait peristiwa warga Tamilouw dengan warga Dusun Rohuwa beberapa waktu lalu,” ujar Habiba.
Versi Polisi
Polda Maluku menurunkan tim Propam ke Desa Tamilou, Kecamatan Amahi, Kabupaten Maluku Tengah guna melakukan pemeriksaan terkait insiden penembakan yang melukai belasan warga akibat perampasan senjata api (Senpi).
“Tim Propam Polda sudah diturunkan ke TKP untuk menyelidik apakah langkah yang dilakukan anggota kami sudah sesuai prosedur dan koridor atau belum,” kata Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol M. Roem Ohoirat di Ambon, Selasa.
Menurut dia, kalau memang itu tidak sesuai maka terhadap mereka tentunya akan diambil tindakan. Namun, sebaliknya kalau setiap langkah yang diambil sudah sesuai prosedur yang berlaku maka kepada mereka di lapangan tidak bisa dipersalahkan.
“Tetapi kita tunggu hasilnya seperti apa, dan barusan saya komunikasi dengan salah satu tokoh di sana yang mengakui tadi memang sempat terjadi aksi perampasan senjata, baik senjata genggam maupun senjata bahu dan terjadi tarik-menarik sehingga ada yang keluarkan tembakan,” ujar Kabid Humas. (sumber-Merdeka.com)