Sebanyak 6.002 warga mengungsi di 15 titik pengungsian akibat erupsi Gunung Semeru meningkat. Jumlah ini berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru pada Rabu (8/12/2021).
Demikian disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menyebutkan jumlah warga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru meningkat.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, posko terus memutakhirkan data warga terdampak maupun warga yang mengungsi di wilayah Kabupaten Lumajang, Malang, dan Blitar.
“Sebaran jumlah penyintas paling banyak berada di Kecamatan Candipuro dengan 2.331 orang, sedangkan di Kecamatan Pasirian 983 orang, Pronojiwo 525, Tempeh 554, Sumbersuko 302, Lumajang 271, Pasrujamber 212, Sukodono 204, Kunir 127, Tekung 67, Senduro 66, Padang 62, Jatiroto 59, Kedungjajang 50, Klakah 45, Yosowilangun 40, Rowokangkung 37, Ranuyoso 26, Randuagung 24, Tempusari 23 dan Gucialit 14,”jelasnya dalam siaran pers, Kamis (9/12/2021).
Aam, sapan akrabnya, mengatakan, dalam rapat koordinasi posko yang digelar pada hari ini, sejumlah pelayanan dasar menjadi perhatian petugas di lapangan untuk dioptimalkan, misalnya operasional dapur umum untuk menambah kapasitas masakan, kebutuhan toilet portabel, dan ruang yang lebih nyaman untuk warga penyintas. “Terkait alokasi tempat pengungsian, posko masih mengidentifikasi fasilitas pendidikan yang aman dan dapat dimanfaatkan untuk pemindahan para penyintas.”terangnya.
Selain pengungsian, erupsi juga berdampak pada aset warga seperti rumah warga dan hewan ternak. Data sementara mencatat rumah terdampak 2.970 unit dan hewan ternak 3.026 ekor, dengan rincian sapi 764 ekor, kambing 684 dan unggas lainnya 1.578.
“Sementara itu, data sementara fasilitas umum (fasum) terdampak antara lain sarana pendidikan 42 unit, sarana ibadah 17, fasilitas kesehatan 1, dan jembatan rusak 1,”katanya sebagaimana melansir dari Sindonews.