Bintang tenis Cina Peng Shuai, yang sempat dikhawatirkan hilang, mengklaim bahwa dia tidak pernah menuduh mantan wakil perdana menteri China, Zhang Gaoli, melakukan pelecehan seksual padanya.
Hal ini dia ungkapkan pada wawancara perdananya usai menghilang sejak membuat tuduhan mengejutkan beberapa waktu lalu.
“Pertama, saya perlu menekankan satu poin yang sangat penting. Saya tidak pernah mengatakan atau menulis bahwa ada orang yang melakukan pelecehan seksual terhadap saya. Saya harus dengan jelas menekankan poin ini,” ujar Peng Shuai dilansir Daily Mail.
Sebelumnya, sang atlet menulis sebuah pernyataan yang mengejutkan di Weibo pada bulan November bahwa wakil perdana menteri negara itu Zhang Gaoli melakukan pelecehan seksual padanya pada tahun 2018.
Tak lama setelah pengakuannya viral, Peng menghilang dari mata publik selama tiga minggu. Unggahan itu juga telah terhapus secara otomatis dari Weibo.
Tuduhan itu mendorong Asosiasi Tenis Wanita (WTA) untuk menangguhkan turnamen di China.
Asosiasi Tenis Dunia melalui juru bicaranya mengatakan bahwa mereka yakin Peng Shuai telah mendapatkan ganjaran dan tidak diizinkan untuk berbicara dengan bebas.
“Kami tetap teguh dalam seruan kami untuk penyelidikan penuh, adil dan transparan, tanpa sensor, atas tuduhan penyerangan seksualnya, yang merupakan masalah yang menimbulkan kekhawatiran awal kami,” ujar pihak Asosiasi Tenis Dunia.
Dalam unggahan asli, Peng menulis bahwa dia tidak dapat memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya, tetapi dia bertekad untuk berbicara.
Pengakuan Peng otomatis terhapus oleh negara dari Weibo setengah jam setelah terunggah. Lalu, akun Weibo milik Peng menjadi tak terlihat.
Teknologi internet China juga dengan cepat ‘membersihkan’ referensi menuju nama atlet tenis tersebut, komentar tentang dia dinonaktifkan dan kata kunci lainnya diblokir.
Awal bulan ini, Asosiasi Tenis Wanita, yang telah mencari jalur komunikasi langsung dengan Peng mengatakan akan segera menangguhkan turnamen di China karena kekhawatiran atas perlakuan terhadap Peng dan keselamatan pemain lainnya.
“Dari hati nurani, saya tidak melihat bagaimana saya dapat meminta atlet kami untuk bersaing di sana ketika Peng Shuai tidak diizinkan untuk berkomunikasi secara bebas dan tampaknya telah dipaksa untuk membantah tuduhannya atas penyerangan seksual,” kata kepala WTA, Steve Simon.
“Saya juga sangat prihatin dengan risiko yang dapat dihadapi semua pemain dan staf kami jika kami mengadakan acara di China pada 2022,” sambungnya.
China belum secara langsung menanggapi unggahan Peng, tetapi menanggapi langkah WTA untuk menangguhkan turnamen di China bahwa itu ‘menentang politisasi olahraga’.