Seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas I Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur, bercerita terkait praktik jual beli kamar tahanan. Pihak Lapas Cipinang membantah.
Kepala Lapas Kelas I Cipinang, Tony Nainggolan menekankan narapidana tidak perlu keluar uang untuk bisa menikmati fasilitas termasuk tidur di dalam lapas.
“Baru kemarin saya membuka program admisi orientasi (pengenalan lingkungan) dan saya sampaikan kalau di Lapas Cipinang tidak ada urusan yang berbayar, termasuk masalah tidur,” kata Tony dilansir dari sinpo.id.
Namun, Tony mengakui Lapas Kelas I Cipinang kelebihan kapasitas. Seharusnya diisi 880 orang, kini diisi sebanyak 3.206 orang.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menegaskan kabar itu tidak benar.
“Sudah dikonfirmasi ke Kalapas Cipinang dan penjelasan dari Kalapas mengatakan bahwa apa yang diberitakan tersebut tidak benar,” kata Kabag Humas dan Protokol Ditjen PAS, Rika Aprianti, Minggu, (6/2).
Rika mengatakan Ditjen PAS langsung mendalami informasi pungli itu setelah beredar di masyarakat. Setelah didalami, Ditjen PAS tidak menemukan adanya pungli alas tidur tersebut.
Namun, Ditjen PAS tidak langsung percaya. Rika mengatakan pihaknya akan meningkatkan pemantauan untuk mendalami dugaan tersebut.
Sebelumnya, dugaan praktik jual beli kamar di Lapas Kelas I Cipinang, Jakarta Timur menghentak publik. Informasinya, napi yang berada di lapas itu harus membayar Rp 30 ribu per minggu hanya untuk tidur beralaskan kardus.
Hal itu diungkapkan salah seorang napi berinisial WC. Bersamaan dengan itu, foto-foto beberapa narapidana tidur beralaskan kardus disebar dan muncul dalam berita-berita.
WC bahkan menyebut praktik jual beli kamar bisa mencapai puluhan juta juta per bulan.
“Besarnya tergantung tempat tidur yang dibeli. Kalau tidur di lorong dekat pot dengan alas kardus, itu Rp 30.000 per satu minggu. Istilahnya beli tempat,” kata WC kepada wartawan, Kamis (3/2).
Kalau untuk tidur di kamar yang lebih mahal, sebut WC, harganya antara Rp 5 hingga 25 juta per bulan.
“Biasanya mereka yang dapat kamar itu bandar narkoba besar. Nanti duitnya diserahkan dari ke sipir, di sini seperti itu,” kata dia.