Emirat Islam Afghanistan memberi kejutan manis dengan mengeluarkan pernyataan dan desakan yang arif dan bijaksana, menyuarakan kekhawatiran akan kemungkinan jatuhnya korban warga sipil dalam invasi Rusia ke Ukraina.
Taliban pun mendesak Ukrania dan Rusia untuk menahan diri dan mencegah bertambahnya korban yang berjatuhan.
“Imarah Islam Afghanistan memantau dengan cermat situasi di Ukraina dan menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan nyata korban sipil,” kata seorang juru bicara Taliban dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan, Jumat (25/2).
“Imarah Islam menyerukan pengekangan oleh kedua belah pihak. Semua pihak harus berhenti mengambil posisi yang dapat mengintensifkan kekerasan,” tambahnya.
Kementerian Luar Negeri Afghanistan (MoFA) juga mengajukan permintaan serupa agar semua pihak untuk menahan diri atas segala tindakan yang berpotensi meningkatkan ketegangan di Ukraina. MoFA juga mendesak pihak-pihak yang terlibat untuk mempertimbangkan pengamanan para pengungsi dan pelajar Afghanistan yang tinggal di Ukraina.
“Imarah Islam Afghanistan, sejalan dengan kebijakan luar negeri netralitas, menyerukan kedua sisi konflik untuk menyelesaikan krisis melalui dialog dan cara damai,” bunyi pernyataan itu, Sabtu (26/2).
Sementara itu, Maiwand Babakarkhail, seorang analis politik meyakini bahwa masalah Ukraina akan mengalihkan perhatian masyarakat internasional dari krisis yang sedang berlangsung di Afghanistan. “Isu Ukraina menarik perhatian dunia. Imarah Islam harus berusaha meningkatkan kunjungan ke luar negeri untuk menjaga hubungan Afghanistan dengan negara-negara dunia tetap pada jalurnya,” kata Maiwand.
Kamis (24/2) lalu, pasukan Rusia telah melancarkan serangan besar-besaran ke Ukrania, beberapa jam setelah Presiden Vladmir Putin memerintahkan operasi militer di Ukraina. Berdasarkan statistik, lebih dari 50.000 pengungsi dari Afghanistan, Pakistan, Iran, dan Bangladesh tinggal di Ukraina. Sekitar 20.000 di antaranya adalah warga Afghanistan.
“Isu Ukraina akan menyebabkan berkurangnya perhatian negara-negara dunia terhadap para migran Afghanistan. Dukungan keuangan dari Uni Eropa dan negara-negara dunia lainnya akan berkurang,” kata Toreq Farhadi, seorang analis politik.
“Rakyat Afghanistan membutuhkan dunia sekarang lebih dari sebelumnya. Sayangnya, situasi Ukraina akan membuat Afghanistan dilupakan oleh dunia. Ini seharusnya tidak terjadi karena situasi di Afghanistan lebih buruk,” kata Ruslan Salmanov, seorang jurnalis Rusia.
Meski invasi Rusia ke Ukraina mendapat reaksi luas dari banyak negara dunia, namun Iran dan China, dua negara tetangga Afghanistan, tetap memilih bungkam.
“China memantau dengan cermat perkembangan terbaru. Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan mencegah situasi menjadi tidak terkendali,“ kata Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
Serangan di Ukraina diperkirakan akan memicu gelombang baru migrasi dari Ukraina. Banyak warga Afghanistan meninggalkan negara itu ke Ukraina setelah jatuhnya pemerintahan sebelumnya dan hidup dalam nasib yang tidak pasti.