Pasukan dari Chechnya, wilayah otonom yang merupakan bagian dari Rusia, rupanya ikut diterjunkan ke Ukraina.
Dilansir Aljazeera, pengerahan para pejuang Chechnya dilakukan untuk mendesak Ukraina menggulingkan pemerintah mereka.
Melalui sebuah rekaman video yang tersebar, Kadyrov sesumbar mengatakan bahwa pasukan Rusia dan Chechnya dapat dengan mudah merebut kota-kota besar di Ukraina termasuk ibu kota, Kiev. Hanya saja mereka akan melakukan semua itu tanpa adanya upaya untuk menghilangkan nyawa dari pihak sipil.
“Sampai hari ini, pada menit ini, kami tidak memiliki satu korban pun, atau terluka, tidak seorang pun yang menderita pilek,” kata Kadyrov seperti dikutip dari Aljazeera, Minggu (27/2).
”Presiden (Putin) mengambil keputusan yang tepat dan kami akan melaksanakan perintahnya dalam keadaan apa pun,” sambungnya.
Begitu setianya pada sosok Putin, Kadyrov bahkan seringkali menyebut dirinya sebagai salah seorang kaki tangan Putin. Hal itu terbukti dari Kadyrov yang beberapa kali mengerahkan pasukannya ke luar negeri untuk mendukung operasi militer Kremlin di Suriah dan Georgia.
Mengenai dukungan para pejuang Chechnya, ia memamerkan potongan video yang memperlihatkan saat pasukan Rusia menggempur kota-kota Ukraina dengan artileri dan rudal jelajah pada hari Sabtu (26/2).
Video pendek yang diterbitkan oleh saluran berita Rusia itu menunjukkan ribuan pejuang Chechnya berkumpul di alun-alun utama ibu kota Grozny untuk menunjukkan kesiapan mereka untuk berperang di Ukraina.
Teranyar, serangan tentara Ukraina dilaporkan telah menghancurkan konvoi 56 tank di luar Ibu Kota Kiev. Serangan itu juga menewaskan seorang jenderal pasukan khusus Chechnya Jenderal Magomed Tushaev.
Dia adalah komandan brigade penjaga nasional bermotor ke-141, pasukan elite kepala negara Chechnya Ramzan Kadyrov.
Seakan mengabaikan peringatan dari Barat, hingga kini Putin tetap meminta agar invasi penuh tetap dilakukan di Ukraina. Langkah Putin itu memaksa hampir 116.000 orang di Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga.