Ibu Kota Ukraina bersiap untuk serangan besar dari konvoi militer 60 km Rusia, dengan deretan panel beton disusun dalam formasi seperti labirin.
Meski Rusia sudah mendapatkan banyak sanksi dari berbagai pihak terutama dari negara Barat namun invasi yang sudah dilakukan selama seminggu ini tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Rusia masih terus menyerang dan menembakkan roket di Kota Kharkiv sebabkan puluhan orang tewas.
Menghadapi kebengisan pasukan Rusia, warga Ukraina sendiri turut andil dan mengangkat senjata dan membuat niat Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merebut Ibu Kota Kiev gagal. Analisis Barat mengatakan Rusia telah mundur pada taktik yang menyerukan untuk menghancurkan daerah-daerah di Ukraina.
Melansir dari Channel News Asia, Rabu (2/3), di sebelah barat Kiev tepatnya di Kota Zhytomyr, empat orang dinyatakan tewas termasuk seorang anak akibat dari serangan Rudal yang dilakukan oleh Rusia. Hal itu sebagaimana kata pejabat Ukraina pada hari Rabu.
Pengeboman oleh Rusia terberat sejauh ini tampaknya terjadi di sekitar Kharkiv, sebuah kota di dekat perbatasan dengan Rusia yang merupakan kota terbesar kedua di Ukraina. Seorang pengebom strategis Rusia menembakan 16 peluru kendali presisi tinggi ke daerah pemukiman Kharkiv pada hari Senin (28/2).
“Menurut data awal, puluhan warga Kharkiv, termasuk anak-anak tewas akibat serangan udara ini,” kata Kementerian Pertahanan Ukraina melalui akun Facebook miliknya.
Meski sebelumnya sempat ada delegasi antara Rusia dan Ukraina untuk menghentikan gencatan senjata segera namun hal itu tidak memberikan konklusi yang baik. Masing-masing pihak setuju akan ada pertemuan kedua yang akan dilakukan beberapa hari ke depan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Senin bahwa Rusia harus berhenti mengebom warga Ukraina. Zelensky yang telah tinggal di kompleks pemerintah yang dijaga ketat di Kiev memperingatkan bahwa ibu kota tetap menjadi target utama Rusia.
Sebelumnya warga Ukraina juga telah berlindung di stasiun metro bawah tanah pada malam hari karena takut akan serangan Rusia yang terjadi secara tiba-tiba.