Kekhawatiran Barat benar-benar terjadi, Rusia melancarkan serangan militer terhadap Ukraina sejak Kamis (24/2).
Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, menyebut Rabu (2/3) sebagai hari paling berat lantaran Rusia tak henti menembaki kota itu selama 15 jam.
Kota pelabuhan di Ukraina itu kian mendekati bencana kemanusiaan. Pasukan Kremlin membanjiri infrastruktur utama kota itu dengan rudal, pesawat terbang, dan misil taktis. Akibatnya, pasokan air dan listrik terputus. Kekurangan makanan turut melanda sejumlah daerah.
Presiden Rusia Vladimir Putin berdalih invasi sebagai operasi untuk melindungi orang-orang dari genosida oleh rezim Kiev. Tetapi, Boychenko mengatakan, tindakan Moskow sendiri merupakan bentuk genosida.
“Kami bahkan tidak dapat menyelamatkan yang terluka dari jalanan, dari rumah dan apartemen hari ini, karena penembakan tidak berhenti,” ungkap Boychenko, seperti dikutip dari AP.
Tentara Rusia terus menembaki lingkungan damai untuk mengintimidasi warga sipil. Rudal turut menghantam bangunan tempat tinggal, rumah sakit dan tempat perlindungan untuk orang-orang terlantar.
Kendati demikian, Boychenko tak luput berterima kasih kepada pasukan yang telah melakukan perlawanan. Ia kemudian menyerukan agar penduduk tetap bertahan.
“Dan Anda warga Mariupol yang terkasih adalah pahlawan besar. Kita semua berjuang untuk kebebasan kita, untuk negara kita, untuk Mariupol satu-satunya kita. Kita tidak menyerang siapa pun. Kita hanya duduk di rumah. Itu artinya Tuhan bersama kita. Itu berarti kebenaran ada bersama kita. Itu berarti kemenangan akan berada di pihak kita,” tulis Boychenko, sebagaimana dikutip dari CNN.
Boychenko juga mengucap apresiasi terhadap dokter, pekerja layanan utilitas, dan seluruh warga. Ia mengungkap, pekerja medis kota itu bahkan tak dapat pulang ke rumah. Sebab, terdapat 128 orang yang dirawat di rumah sakit per Rabu (2/3).
“Bersama-sama kita benar-benar akan selamat dari ini. Kami akan menang. Saya pikir kami pantas mendapatkannya. Kami orang Ukraina. Kami mencintai negara kami. Kami mencintai kota kami. Kemuliaan bagi para pahlawan! Kemuliaan bagi Ukraina!” sambung Boychenko.
Kelompok separatis pro-Rusia bergandengan tangan dengan pasukan Rusia untuk mengepung kota berpenduduk sekitar 400 ribu itu. Sejak Rabu (2/3) sore waktu setempat, mereka mengerubungi kota dari tiga sisi.
Kremlin mengidamkan jalur darat yang menghubungkan Krimea dengan Rusia selatan. Kuasa atas Mariupol akan menyempurnakan jalur strategis tersebut. Sebab, melintasi Mariupol, pasukan pemberontak yang mereka dukung dapat bergabung dengan pasukan yang telah ditempatkan di Krimea.
