Kasus penemuan mayat wanita di jembatan Tol Semarang-Solo di wilayah Susukan, Banyumanik, Kota Semarang memasuki babak baru.
Seorang tetangga bidan Sweetha Kusuma Gatra Subardiya (32), yang diduga tewas akibat pembunuhan. yakni Ayu mengungkap, semenjak beberapa bulan terakhir korban sempat tertutup. Tata hanya beraktivitas pergi bekerja lalu pulang ke rumah. Padahal awalnya, ia kerap bertemu dengan almarhum.
“Tapi nek dulu, saya deket banget. Orangnya baik ya,” ujarnya, Jumat.
Ayu mengaku, kabar kematian korban mengagetkan dirinya. Terlebih saat mendengar kabar duka itu, ia masih berada di Sragen, Jawa Tengah.
“Tapi posisinya simbah saya juga baru meninggal, lalu dapat kabar. Kok begini? Terus saya nangis, wong anaknya deket sama kita,” ungkap Ayu, yang kali terakhir bertemu dengan korban sekitar November – Desember 2021 tersebut dilansir dari suara.com.
Tetangga yang lain, Sundari menyebut, kerap menggendong Sweetha kecil.
Menurut Sundari, Tata (panggilan Sweetha) sempat terlihat tertutup karena ia harus bekerja di lebih dari satu tempat. Selain itu, bisa saja Tata sedang diliputi persoalan tertentu.
“Orangnya baik,” ucapnya.
Sudah bertetangga sejak sekitar 2019, ia mengetahui bahwa Tata punya dua orang anak laki-laki. Tata tinggal hanya berdua bersama anaknya yang bernama Faeyza, korban anak yang ditemukan tak jauh dari jenazah Sweetha.
Tata telah berpisah dengan suaminya. Sedangkan anak pertama yang bernama Fatih tinggal bersama kakeknya, di Sumatera.
Sundari mengetahui kabar soal Tata dari Bhabinkamtibmas yang datang ke rumahnya. Ia memperlihatkan gambar baju-baju korban pembunuhan, dari media sosial. Gambar-gambar itu sekejap mengingatkannya kepada baju dan kerudung milik Tata.
“Kok kayak bajunya mbak Tata?, kerudungnya mbak Tata? Saya merinding,” ujarnya.
Pada Selasa (15/3), pakde dan bude korban datang ke kediaman Tata. Sundari sempat menyampaikan harapan kepada keduanya, agar jenazah korban pembunuhan tersebut bukan Tata.
“Diapun sebetulnya juga sudah agak yakin, kalau itu barang itu miliknya mbak Tata,” terangnya.
Sampai akhirnya, di hari itu juga pakde bude Tata langsung meluncur ke Mapolda Jawa Tengah.
Sundari menjelaskan, sebelum ikut ke Semarang, Faeyza tinggal bersama Tata, di rumah yang selama ini mereka huni berdua.
Faeyza sempat diasuh oleh seorang pengasuh. Namun, pengasuh tersebut pulang kampung saat Faeyza berusia sekitar dua tahun.
“Katanya suami pengasuhnya itu sakit,” ungkapnya.
Kemudian, Faeyza sempat diasuh oleh seorang laki-laki. Sejak itu, Faeyza terkadang berada di rumah, di lain waktu Faeyza tak jelas ke mana dia berada.
Sundari mengingat, ia pernah menanyakan keberadaan korban Faeyza kepada Tata. Pasalnya, saat itu Faeyza jarang sekali terlihat di kediaman mereka.
“Lalu mbak Tata bilang ‘Itu bu, Faeyza ikut mas’. Loh mas siapa?, saya tanya lagi. ‘Itu, calon saya’,” kata Sundari.
“Loh masnya ke mana?, terus mbak Tata menjawab ‘Itu bu, pindah tugas ke Semarang. Jadi di sana, kan saya kerja terus’, begitu,” kenang dia lagi.
Sekitar pertengahan Februari 2022, Sundari sempat melihat Faeyza dibonceng oleh Tata, mengendarai motor dan melewati depan rumah Sundari. Sundari tak yakin pasti tanggal hari ia melihat ibu anak tersebut. Hanya saja ia memastikan, kala itu berkisar antara 13 Februari 2022 hingga 20 Februari 2022.
Dengan demikian, sudah sekitar satu bulan lamanya, Sundari tak lagi melihat ibu dan anak itu.
Sundari menambahkan, Tata diketahui bekerja di beberapa tempat, bukan hanya di sebuah rumah sakit. Tata juga bertugas sebagai perawat dan vaksinator, di masa pandemi.
“Aslinya bidan. Kebidanan,” terangnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang bidan, Sweetha Kusuma Gatra Subardiya (32), diduga tewas akibat pembunuhan. Jenazahnya ditemukan di jembatan Tol Semarang-Solo di wilayah Susukan, Banyumanik, Kota Semarang.
Bersamaan dengan itu, jajaran kepolisian menemukan pula tengkorak dan belulang yang diduga kuat merupakan anak korban, Faeyza Alfarizqi (5).