Harga daging sapi beterbangan hingga memasuki hari keempat Ramadan 2022. Menurut Ketua Umum Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Indonesia (JAPPDI) Asnawi, biang kerok kenaikan harga ada di hulu.
Dia mengatakan, harga daging sapi impor saat ini memang sudah naik dari negara asalnya, Australia.
“Posisi di Januari 2022, harga hidup sapi impor bakalan sudah US$3,8 lalu sekarang sudah sekitar US$4,2 per kg. Naik jauh dibandingkan awal tahun 2021 yang masih US$3,3-3,36 per kg,” kata Asnawi dilansir dari CNBC Indonesia, Rabu (6/4).
Kenaikan harga itu, kata dia, kemudian dibebankan oleh feedlotter atau perusahaan penggemukan sapi ke harga daging.
“Karena harga di feedlotter sudah naik otomatis harga dari RPH (rumah potong hewan) juga naik. Kalau dari feedlotter harga timbang hidupnya Rp55-57 ribu per kg, di RPH itu kali dua. Sebab, dari 500 kg sapi siap potong yang dibeli hidup, daging yang dihasilkan hanya 175 kg, sedangkan 130 kg lain berupa darah, kotoran, dan air. Sisanya, tulang rusuk, sum-sum, lemak, kaki, opal, bahkan kulitnya saja 35 kg,” jelas Asnawi.
Dia memaparkan, saat ini, harga timbang hidup sapi dan karkas adalah Rp29 juta untuk ukuran 500 kg.
“Harga sapi hidup Rp56.000 per kg hidup. Harga karkas sekitar 250 kg kali Rp112.000 di RPH. Biaya potong, transportasi, bea lainnnya total itu Rp300 ribu. Lalu ada biaya retribusi, plastik, dan 2 karyawan total Rp700 ribu. Ini sekali potong 1 ekor sapi,” kata Asnawi.
Dengan harga modal Rp29 juta atau Rp116.000 per kg di RPH, konsumen akhir akan membayar Rp140-150 ribu per kg. Daging itu kemudian dijual ke distributor lalu ke pedagang. Konsumen, lanjutnya bisa menegosiasi harga jika membeli di pasar. Tapi, berbeda jika membeli harga dari pedagang keliling.
“Pemilik barang, di hulu, pasti bisa leluasa asal menaikkan harga. Yang sulit itu di pedagang pengecer. Tidak bisa asal menaikkan harga demi untung besar, maksimal paling 5%. Karena kalau terlalu mahal, nggak ada yang beli,” kata dia.
Harga tersebut, lanjutnya, adalah untuk Ramadan. Dan diprediksi masih akan naik pada H-3 Lebaran nanti.
“Biaya tenaga kerja pasti akan melonjak 2 kali lipat,” katanya.
“Ini semua serba naik. Stok memang mencukupi untuk sampai Lebaran. Tapi, itu karena daging impor baik sapi maupun kerbau yang dibuka pemerintah. Kalau dari sapi siap potong, pasokan hanya setengah dari kebutuhan saat ini,” ujarnya.
Pada hari-hari biasa, kata dia, kebutuhan sapi siap potong untuk memasok daging nasional adalah 36 ribu ekor. Lalu melonjak jadi 108 ribu ekor di Ramadan-Lebaran.