Tentara Israel menembak mati seorang wanita Palestina di Tepi Barat, Minggu (10/4). Tidak ada senjata yang ditemukan di tubuh korban.
Korban, ibu dari enam anak, terlihat sudah mengangkat tangan saat dibunuh pasukan Zionis. Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengeklaim bahwa wanita itu diduga mendekati tentara IDF dengan cara yang mencurigakan.
“Pasukan melepaskan tembakan sebagai bagian dari prosedur penangkapan tersangka yang termasuk menembak ke udara. Setelah dia tidak berhenti, tentara menembaki bagian bawah tubuhnya,” kata IDF dalam sebuah pernyataan hari Minggu seperti dikutip dari Times of Israel, Senin (11/4).
Dalam rekaman kejadian yang diunggah di media sosial, wanita bernama Ghada Ibrahim Ali al-Sabateen tersebut terlihat sudah mengangkat tangannya. Dia berjalan cepat di tempat yang digambarkan sebagai pos pemeriksaan darurat di desa Husan, Tepi Barat.
Bertentangan dengan klaim IDF, rekaman itu tidak menunjukkan tentara Israel menembak ke udara atau memberikan konteks lain untuk pendekatan terhadap wanita tersebut.
Rekaman video itu diambil dari jarak yang cukup, namun pertukaran kata-kata antara kedua pihak sulit untuk didengar. Kendati demikian, Times of Israel mengutip seorang anggota dewan lokal, yang mengklaim korban menolak seruan tentara untuk berhenti.
Setelah terlempar ke tanah oleh tembakan peluru, korban awalnya terlihat duduk sebelum celah dalam rekaman berakhir dengan dia terlihat berbaring.
Tentara Israel terlihat menutupinya dengan karton, dan pernyataan IDF mengeklaim bahwa mereka memberikan pertolongan pertama.
Petugas medis Palestina dilaporkan membawa ibu enam anak itu ke rumah sakit di Beit Jala setelah penembakan, yang menyebabkan pendarahan hebat dari arteri yang robek di pahanya. Dia akhirnya meninggal karena kehilangan banyak darah.
Di tempat lain di Tepi Barat, tentara Israel melakukan beberapa serangan besar, menangkap 20 warga Palestina dan melukai 11 lainnya. IDF mengeklaim mereka yang ditangkap terlibat dalam “kegiatan teroris”.
Israel telah mengalami banyak penembakan selama beberapa minggu terakhir, meskipun tidak semuanya terkait dengan serangan teror.