Alan MacLeod, penulis senior portal berita Mintpressnews.com, membeberkan postur, peran, dan posisi platform media sosial TikTok di belantara geopolitik global.
AS dianggap telah berhasi mengontrol aplikasi buatan Cina itu, setelah Microsoft membelinya dari perusahaan Cina, ByteDance. Dari Microsoft kepemilikan bertambah ke Oracle dan Walmart.
Dikutip dari Mintpressnews.com, Minggu (1/5), dalam konteks perang Ukraina, Alan MacLeod PhD menyebut TikTok telah menyelaraskan pengaturan medianya dengan kebijakan Washington.
TikTok menghapus lebih dari 320.000 akun Rusia dan menghapus setidaknya 41.000 video yang menjajakan informasi yang dianggap salah tentang perang.
Selain itu, TikTok memberi label peringatan bertanda “media yang dikendalikan negara Rusia” di 49 akun yang terhubung pemerintah Rusia.
Seperti platform media sosial besar lainnya, kebijakan itu tidak diterapkan sama ke outlet milik negara barat seperti BBC, RT, atau CBC.
TikTok saat ini telah menjadi media yang sangat berpengaruh yang menjangkau lebih dari satu miliar pengguna di dunia. Platform ini memiliki kendali atas algoritma atau moderasi konten, yang berarti memiliki kemampuan mengatur debat global, memutuskan apa bisa dan tidak bisa dilihat orang.
Menurut Alan MacLeod, ketika konflik berdarah di Ukraina terus meningkat, bersamaan itu perang propaganda online antara Rusia dan barat juga meningkat.
Contoh utama dari hal ini adalah Gedung Putih secara langsung memberi pengarahan kepada influencer TikTok tentang perang dan cara meliputnya.
Ketika krisis semakin tidak terkendali, orang Amerika telah beralih ke TikTok untuk melihat video dan analisis invasi secara real time. Aplikasi yang diperkirakan memiliki sekitar 70 juta di AS, Gedung Putih sangat menyadari dampaknya.
“Kami menyadari ini adalah jalan yang sangat penting dalam cara publik Amerika mencari tahu tentang yang terbaru … jadi kami ingin memastikan Anda memiliki informasi terbaru dari sumber yang berwenang,” kata Direktur Strategi Digital Presiden Joe Biden, Rob Flaherty.
Semua ini jauh berbeda ketimbang 2020, ketika Presiden Donald Trump menandatangani perintah yang akan menutup TikTok dalam waktu 45 hari kecuali jika dijual ke pembeli Amerika.
AS sangat mencurigai platform asal CIna itu bisa menimbulkan ancaman keamanan nasional yang parah ke Amerika Serikat. Meskipun TikTok adalah produk perusahaan Cina, ironisnya, aplikasi ini diblokir sepenuhnya di Cina. Pasar domestik mereka dilayani aplikasi kembaran TikTok, Douyin.
Platform ini berfungsi sama tetapi dipisahkan Great Firewall. Dengan demikian, tidak ada kontak atau tumpang tindih antara keduanya. Setelah kesuksesan Douyin di Cina, perusahaan induknya ByteDance melepaskan TikTok sebagai platform global.