News24xx.com – Para demonstran telah menyerbu Istana Kepresidenan Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan Kediaman Perdana Menteri Kolombo Ranil Wickremesinghe pada Sabtu (9/7/2022).
Ratusan ribu demonstran berkumpul di Kolombo untuk menuntut pertanggungjawaban atas kesalahan mengelola uang negara. Saat digeruduk massa, presiden itu telah melarikan diri dibantu pasukannya yang melepas tembakan ke udara. Rajapaksa juga melarikan diri menggunakan kapal laut di pelabuhan Kolombo.
Kendati demikian, demonstran berhasil masuk dan menduduki Istana Kepresidenan Sri Lanka itu. Setelah berhasil masuk, demonstran kaget melihat kemewahan yang tak pernah mereka dapatkan sebelumnya.
Bahkan, warga belum puas dan kembali mendatangi Gedung Presiden di Ibu Kota Kolombo pada Minggu (10/7/2022).
“Saya belum pernah melihat tempat seperti ini dalam hidup saya,” kata penjual saputangan berusia 61 tahun B.M. Chandrawathi, ditemani oleh putri dan cucunya, mengatakan kepada Reuters yang dikutip pada Senin (11/7/2022) saat dia mencoba sofa mewah di kamar tidur lantai pertama.
“Mereka menikmati kemewahan super sementara kami menderita. Kami ditipu. Saya ingin anak-anak dan cucu-cucu saya melihat gaya hidup mewah yang mereka nikmati.”
Di dekatnya, sekelompok pemuda bersantai di tempat tidur bertiang empat dan yang lainnya berdesak-desakan di atas treadmill yang dipasang di depan jendela besar yang menghadap ke halaman rumput yang terawat.
Sri Lanka menghadapi krisis terburuk sepanjang sejarah. Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan PM Sri Lanka Ranil Wickremesinghe sampai memutuskan untuk mundur. Mereka mengizinkan pemerintah sementara dari semua partai mengambil alih kekuasaan karena tak mampu mengatasi krisis.
Rajapaksa mengatakan kepada pemimpin parlemen bahwa ia akan mundur pada 13 Juli untuk memastikan transisi kekuasaan yang mulus. Namun para demonstran menuntut agar ia segera mundur.
Negara berpenduduk 22 juta orang itu dihantam krisis selama berbulan-bulan. Masyarakat kekurangan makanan, bahan bakar, pemadaman listrik kerap terjadi hingga inflasi tinggi.
Sri Lanka memiliki cadangan devisa mencapai USD 7,6 miliar pada akhir tahun 2019. Namun angka tersebut turun menjadi USD 2,3 miliar pada April 2022 dan devisa yang dapat digunakan hanya sekitar USD 300 juta. Angkanya terus turun hingga saat ini.
Penyebab krisis ekonomi Sri Lanka dipicu banyak faktor. Mulai dari kronisme di Pemerintahan Rajapaksa, yang kembali terpilih di 2020 lalu dan berbagai masalah ekonomi. Kebijakan populis juga menjerumuskan Sri Lanka ke dalam krisis, diperparah dengan dampak pandemi COVID-19.
Kronisme Pemerintahan Rajapaksa merambah berbagai bidang. Dia merupakan kakak dari Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa.
Di kabinet, juga ada kakak laki-lakinya, Chamal dan keponakan tertuanya, Namal. (***)