News24xx.com – Indonesia sempat mengalami krisis mirip dengan kondisi negara Sri Lanka. Tepatnya, terjadi pada 1998.
Saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menurun tajam hingga mencapai Rp16.650 ribu per dolar AS pada 17 Juni 1998 dari awalnya hanya Rp2.000 per dolar AS dua tahun sebelumnya.
Peningkatan mulai terjadi kiranya sejak Oktober 1997 sekitar Rp3.500-an per dolar AS.
Lalu, melonjak hingga Rp12.950 per dolar AS pada akhir Januari 1998.
Rupiah sempat berfluktuasi pada periode Januari-Mei 1998, kemudian meningkat lagi pasca Presiden Soeharto lengser.
Kondisi ketika itu tak jauh berbeda dengan Sri Lanka saat ini. Harga bahan-bahan pokok melambung tinggi.
Tingkat inflasi mencapai 70 persen. Begitupun suku bunga bank juga melonjak hingga 70 persen.
Beragam elemen masyarakat mulai dari mahasiswa, buruh, hingga kalangan elite mulai bersuara.
Aksi demonstrasi terjadi di berbagai kota. Mereka memaksa Presiden Soeharto mundur karena ketidakmampuan mengendalikan kondisi perekonomian negara setelah 31 tahun berkuasa.
Berantas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) menjadi jargon perlawanan.
Demonstrasi dari yang awalnya berjalan kondusif berubah anarkis. Rakyat mulai brutal.
Penjarahan supermarket, ruko, pasar terjadi bahkan merebak hingga ke area pemukiman elite penduduk. Tepatnya 14 Mei 1998, Ibu Kota Jakarta penuh dengan api dan asap tebal dari sejumlah bangunan terbakar.
Ribuan mahasiswa merangsek ke kantor-kantor pemerintahan. Pada 18 Mei 1998, mereka berhasil menduduki Gedung DPR/MPR Senayan Jakarta dan baru membubarkan diri setelah Presiden Soeharto menyatakan mundur pada 21 Mei 1998.
Berdasar laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), sekitar 1.190 orang tewas dalam kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, 27 orang di antaranya tewas karena senjata, sisanya akibat terbakar. Lalu, 91 wanita menjadi korban pemerkosaan.
Data Tim Relawan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan menyebut jumlah lebih banyak. Korban pemerkosaan di Jakarta dan sekitarnya pada 12 mei-2 Juni 1998 mencapai 152 orang, 20 di antaranya meninggal.
Setelah Presiden Soeharto lengser suasana kembali kondusif. Pemerintahan pengganti menerbitkan gagasan-gagasan baru guna mengatasi krisis ekonomi.
Sri Lanka bukan tidak mungkin bernasib sama. Setelah Presiden dan Perdana Menteri mundur suasana akan kembali terkendali. ***