NEWS24XX.COM – Di tengah perang Rusia-Ukraina dAn dunia barat yang berusaha mendorong Kremlin ke sudut dengan menjatuhkan sanksi, negara Asia Barat Arab Saudi sibuk memainkan permainannya sendiri. Dilaporkan, Kingdom Holding Arab Saudi pada hari Minggu mengumumkan bahwa mereka telah berinvestasi di perusahaan energi top Rusia yaitu. Gazprom, Lukoil dan Rosneft.
Kingdom Holding turun ke Twitter untuk berbagi berita tentang program investasi senilai $3,4 miliar. Perusahaan menyatakan telah menyelesaikan investasi di perusahaan Rusia dalam periode satu bulan dari Februari hingga Maret, awal tahun ini.
Perkembangan ini terjadi setelah Arab Saudi bergabung dengan daftar negara pengimpor minyak murah Rusia yang terus bertambah meskipun ada sanksi Barat. Seperti dilansir WION, negara Teluk itu mengimpor 647.000 ton minyak Rusia pada kuartal kedua, yakni dari April hingga Juni. Pada periode yang sama tahun lalu, Kerajaan mengimpor 320.000 ton minyak.
Para ahli berpandangan bahwa minyak Rusia terlalu murah bagi Arab Saudi untuk menahan godaan untuk membelinya. Investasi di perusahaan-perusahaan energi top Rusia semakin masuk akal karena perang terus berlanjut.
Penting untuk dicatat bahwa Pangeran Saudi Alwaleed bin Talal memiliki mayoritas saham di Kingdom Holding. Namun, awal tahun ini di bulan Mei, Dana Investasi Publik (PIF), dana kekayaan negara Arab Saudi mengakuisisi 16,87 persen saham di perusahaan tersebut.
Sejak perang Rusia-Ukraina pecah, dunia barat telah memberlakukan segudang sanksi kepada perusahaan-perusahaan Rusia untuk merugikan Moskow secara finansial. Namun, sanksi Barat telah dengan cerdik mengelak dari perusahaan minyak dan energi besar mana pun.
Gazprom, yang memelihara pipa Nord Stream 1, yang bertanggung jawab atas lebih dari 40 persen kebutuhan energi Eropa telah dikeluarkan dari daftar sanksi. Selain itu, ketika pipa Nord Stream 1 ditutup, dengan alasan pemeliharaan, perusahaan Rusia dalam beberapa kesempatan mengeluarkan peringatan ke Eropa bahwa pasokan dapat dimusnahkan untuk selamanya. Sementara itu, Arab Saudi telah menolak untuk meningkatkan produksi minyak, meskipun sekutu Baratnya memohon.