Tewaskan Brigadir J dibunuh oleh Irjen Sambo menjadi perhatian serius Presiden jokowi. Terhitung, empat kali Jokowi singgung Polri kebut kasus tersebut. Bahkan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung sampai hafal kemurkaan Jokowi saat menyinggung kasus Irjen Ferdy Sambo vs Brigadir J.
“Saya ketemu dengan pak Pramono (Sekretaris Kabinet Pramono Anung), saya tanya Pak Pram saya mau ketemu presiden, kasus ini gimana pak presiden, wah tegas pak enggak perlu. Yakin lah saya ini presiden marah betul, marah betul kenapa lama,” katanya dikutip dari tayangan YouTube, Kamis (18/8).
Benar saja. Tiba saatnya bertemu Presiden Jokowi, Mahfud MD mendengar sendiri kegeramannya kasus tersebut berjalan lambat.
Lagi-lagi, Presiden Jokowi berpesan agar kasus itu segera diselesaikan tanpa ada yang harus ditutup-tutupi.
Alasan Murka Jokowi
Beberapa hari selanjutnya, Presiden Jokowi kembali menyoroti kasus Irjen Ferdy Sambo vs Brigadir J. Walau terlihat lebih tenang, kali ini Jokowi mengungkapkan kegelisahannya.
“Lalu ada rapat lagi saya ketemu presiden diarahkan itu supaya jangan menimbulkan isu yang macam-macam supaya cepat diselesaikan jangan ada yang ditutupi,” ujarnya.
Mahfud mengaku mendapatkan informasi terjadi tarik menarik di internal Polri terkait kasus ini. Bahkan ada upaya dari grup Irjen Ferdy Sambo yang berupaya menghalangi penyidikan.
“Yang saya dengar memang di Polri terjadi tarik menarik bahkan grupnya Sambo itu dari daerah-daerah meski tidak ada tugas di Jakarta datang mengawal itu upaya menghilangkan jejak itu dan menghalangi penyidikan,” ungkapnya.
“Soal Kapolri itu kenapa lama-lama sampaikan ke Kapolri bahwa saya percaya kepada kapolri bisa menyelesaikan ini masalah sederhana kok tapi jangan lama-lama segera diumumkan,” ujarnya.
Menafsirkan perintah Jokowi itu, Mahfud merasa ada pesan bahwa kepercayaan terhadap Polri bisa turun.
“Saya bilang terjemahannya kalau tapi jangan lama-lama kalau disambung kalimatnya kalau anda lama nanti kepercayaannya hilang kira-kira begitu terjemahan saya,” katanya.
Empat Kali Sorot Insiden Duren Tiga
Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali memberikan atensi pada penanganan kasus dugaan pembunuhan Brigadir J atau Nopryansah Yosua Hutabarat. Dia meminta kasus kematian Brigadir J diusut tuntas.
Pernyataan ini merupakan atensi Kepala Negara yang keempat kalinya di tengah penanganan kasus Brigadir J.
“Sejak awal kan saya sampaikan, sejak awal saya sampaikan usut tuntas. Jangan ragu-ragu,” tegas Jokowi usai meresmikan Terminal Kijing di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (9/8). “Jangan ada yang ditutup-tutupi, ungkap kebenaran apa adanya,” sambungnya.
Catatan Kemarahan Jokowi
Pertama Kali
Jokowi pertama kali memberikan atensi pada penanganan kasus dugaan pembunuhan Brigadir J saat melakukan kunjungan ke Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Subang, Jawa Barat, Selasa 12 Juli 2022.
Saat itu, Jokowi meminta Kapolri Jenderal Listy Sigit Prabowo mengusut tuntas kasus kematian Brigadir J. “Proses hukum harus dilakukan,” tegas Jokowi.
Kedua Kali
Sehari berikutnya, Jokowi kembali meminta Polri mengusut tuntas kasus kematian Brigadir J saat bertemu Pemimpin Redaksi (Pemred) di Istana Merdeka, Jakarta. Tepatnya pada 13 Juli 2022.
Jokowi meminta Polri mengusut tuntas kasus kematian Brigadir J. Dia juga mengingatkan Polri tak menutup-nutupi kasus tersebut.
“Tuntaskan. Jangan ditutupi, terbuka. Jangan sampai ada keraguan dari masyarakat,” ujar Jokowi saat itu.
Ketiga Kali
Atensi ketiga kalinya disampaikan Jokowi saat melakukan kunjungan kerja ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 21 Juli 2022. Saat itu, Jokowi meminta Polri mengusut tuntas kasus tersebut.
Jokowi meminta Polri membuka kasus pembunuhan Brigadir J apa adanya. Dia kembali menekankan perlu transparansi dalam penanganan kasus itu.
“Saya kan sudah sampaikan, usut tuntas. Buka apa adanya. Jangan ada yang ditutup-tutupi, transparan, sudah,” desaknya. (sumber-Merdeka.com)