Seorang anak perempuan, berusia dua tahun, digigit ular di halaman belakang rumahnya saat para tetangga mendengar teriakannya.
Saat mereka menghampirinya, anak itu terlihat memiliki bekas gigir di bibirnya dan ular sepanjang 20 inci di antara giginya.
Ular itu dilaporkan mati karena gigitan itu, sementara balita yang berasal dari Turki timuritudibawa ke rumah sakit anak-anak untuk mendapatkan perawatan. Setelah 24 jam di bawah pengawasan petugas medis, dia dikatakan pulih dengan baik.
“Tetangga kami memberi tahu saya bahwa ular itu ada di tangan anak saya, dia bermain dengannya dan kemudian menggigitnya,” kata sang ayah, Mehmet Ercan. “Kemudian dia menggigit ular itu kembali sebagai reaksi,” imbuhnya seperti dikutip dari Express, Minggu (21/8/2022).
Tidak diketahui jenis ular apa yang menggigit gadis itu. Karena gadis itu tidak sakit parah, diyakini dia digigit oleh spesies ular yang tidak berbisa.
Sekedar informasi, lebih dari 40 spesies ular telah diidentifikasi di Turki dengan selusin diantaranya berbisa. Ular Utsmani diyakini sebagai ular paling berbahaya dan berbisa di negara ini. Ular ini dilaporkan telah diketahui melancarkan serangan tanpa alasan terhadap orang-orang.
Menurut Pusat Informasi Racun Nasional ada total 550 kasus gigitan ular yang dilaporkan di Turki antara 1995 dan 2004. Sekitar 24,3 persen dari insiden tersebut terjadi pada bulan Juni dan sebagian besar dilaporkan di wilayah Marmara, Anatolia Tengah, dan Laut Hitam.
Sementara itu jumlah pasti korban gigitan ular di dunia tidak diketahui, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 5,4 juta orang digigit setiap tahun.
Menurut WHO, sekitar 81.000 hingga 138.000 orang meninggal setiap tahun akibat gigitan ular dengan sekitar tiga kali lebih banyak amputasi dan cacat permanen yang diakibatkannya setiap tahun.
Namun, badan itu memperingatkan bahwa pelaporan gigitan dan kematian ular yang kurang adalah hal biasa. Kebanyakan insiden itu terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Gigitan ular berbisa dapat menyebabkan keadaan darurat medis akut yang melibatkan kelumpuhan parah, gangguan pendarahan, gagal ginjal ireversibel dan kerusakan jaringan yang parah.
Anak-anak rentan terhadap efek yang lebih parah dan dapat mengalami efek lebih cepat daripada orang dewasa karena massa tubuh mereka yang lebih kecil.
WHO mengatakan sebagian besar kematian dan konsekuensi serius dari gigitan ular dapat dicegah dengan membuat antivenom yang aman dan efektif tersedia lebih luas.
Organisasi tersebut tahun lalu memperingatkan bahwa sangat sedikit negara yang memiliki kapasitas untuk memproduksi racun ular dengan kualitas yang memadai untuk memproduksi antivenom.
Dikatakan beberapa produsen telah menghentikan produksi antivenom karena permintaan yang rendah sementara harga beberapa produk telah meningkat secara dramatis dalam 20 tahun terakhir.
Menurut WHO, produk antivenom yang tidak tepat, belum teruji dan palsu juga telah merusak kepercayaan pada pengobatan tersebut.(sindonews.com)