Nama Andibachtiar Yusuf beberapa hari ini ramai diperbincangkan netizen. Kini, namanya bukan dikaitan dengan rencana perilisan proyek terbaru, melainkan dugaan kekerasan di lokasi syuting.
Dugaan itu berawal dari unggahan akun Instagram Juandini yang kemudian berujung pada PHK dari Paragon Pictures dan pendepakan Andibachtiar Yusuf dari asosiasi sutradara Indonesia atau Indonesian Film Directors’ Club (IFDC).
Andibachtiar atau yang biasa disapa Ucup menanggapi tuduhan-tuduhan tersebut dengan mengatakan tidak pernah menampar siapa pun di lokasi syuting. Dirinya mengaku sempat mendorong kru di tempat kerja.
Ia mengatakan bahwa film kala itu kekurangan pemeran figuran, sehingga ia meminta seorang kru untuk melengkapi jumlah
“Saya kesal dan memaksa talent coordinator (sebut saja “kru”) untuk melengkapi jumlah, saya dorong agar menjauh karena saya sangat kesal,” ujar Ucup.
“Sebagai orang yang percaya bahwa kekerasan sebaiknya hanya terjadi di film aksi, saya yakin betul bahwa adalah DORONGAN yang saya lakukan, bukan TAMPARAN,” lanjutnya.
Andibachtiar Yusuf lahir dengan nama lengkap Muhammad Andi Bachtiar Yusuf Siswo pada 15 Januari 1974. Ia merupakan alumni SMA Labschool Jakarta . Ia kemudian melanjutkan studi di Universitas Padjajaran dengan mengambil jurusan Jurnalistik.
Ia memulai kariernya dengan membuat film-film pendek. Namun, ia saat itu menyatakan hanya melakukannya sebagai hobi bukan karena ingin menjadi sutradara. Pada 2005, film dokumenter pendeknya berjudul Hardline terpilih mewakili Indonesia di ajang Piala Dunia 2006.
Ucup kemudian menjadi penerima beasiswa dari Berlinale Talent Campus di Berlin, Jerman. Dalam program tersebut, ia bertemu banyak penggiat film yang menumbuhkan keinginannya menekuni industri perfilman.
Setelah beberapa tahun tinggal dan bekerja di Berlin, Andibachtiar Yusuf memutuskan kembali ke Indonesia untuk menjadi komentator pertandingan sepak bola. Ia juga mulai mengerjakan beberapa proyek film yang tak lepas dari unsur olahraga.
The Jak merupakan film dokumenter panjang pertama Ucup yang menceritakan mengenai kehidupan suporter fanatik klub bola Persija. Film keduanya, The Conductors, rilis setahun kemudian di Festival Film Internasional Busan dan meraih penghargaan Film Dokumenter Terbaik FFI 2008.
Pada tahun tersebut, ia juga mulai mengerjakan film fiksi pertamanya, Romeo Juliet, yang mengisahkan cinta terlarang antara seorang suporter Persib Bandung dengan suporter Jakmania, Persija. Ia juga menyutradarai film Mata Dewa yang disebut sebagai film bertema bola basket pertama di Indonesia.
Pada 2018, Ucup menyutradarai serta menulis skenario untuk film Love for Sale yang diproduksi Visinema Pictures. Keberhasilan film tersebut membuatnya masuk nominasi Penulis Skenario Asli Terbaik di Festival Film Indonesia 2018.
Film tersebut berlanjut dengan sebuah sekuel Love for Sale 2 yang ia kembali sutradarai, serta sempalan Arini by Love Inc yang disutradarai oleh Adrianto Sinaga.
Baru-baru ini, ia dipercayai untuk mengarahkan serial Catatan Akhir Sekolah yang diadaptasi dari film dengan judul sama yang rilis pada 2005. Ucup mengatakan proses produksi serial Catatan Akhir Sekolah telah berakhir pada 29 Agustus.
Namun, namanya kini terjerat kasus dugaan kekerasan. Ia juga sudah didepak dari asosiasi sutradara Indonesia.
Terpisah, CEO Paragon Pictures Robert Ronny mengatakan bakal menghapus nama Andibachtiar Yusuf dalam proyek yang dirilis mendatang.
“Saat ini kami sudah memutuskan hubungan kerja dengan pelaku dan tidak akan mencantumkan namanya dalam proyek kami ini ke depannya,” kata Robert Ronny kepada cnnindonesia.com. (CNNIndonesia.com)