Kepolisian Nigeria di negara bagian Rivers pada Rabu (7/9/2022), menyampaikan mereka telah menyelamatkan 15 anak-anak yang menjadi korban perdagangan manusia.
Anak-anak itu diselamatkan pihak berwenang dalam suatu operasi penggerebekan pada 3 September di daerah Ikwerre. Terkait kasus ini seorang wanita berusia 44 tahun yang mengaku sebagai biarawati telah ditahan oleh kepolisian.
1. Anak-anak diculik dari berbagai wilayah
Melansir The African Report, Eboka Friday, komisaris polisi di Rivers dalam keterangannya menyampaikan bahwa anak-anak itu disiksa dan mereka diculik dari berbagai tempat di seluruh negeri, khususnya di wilayah selatan Nigeria.
“Godwin (laki-laki) yang diculik di pasar Ikpazasia di negara bagian Bayelsa, pada tanggal 31 Oktober 2020, bersama dengan dua orang lainnya yang tidak diketahui keberadaannya dijual kepada seorang wanita di Lagos dan kemudian dikembalikan kepada tersangka,” kata Friday.
“Ratu Harry (perempuan) diculik di lapangan Ojukwu Mile 1, Diobu, Port Harcourt, saat sedang melakukan tugas dengan kakak perempuannya. Ibunya, Florence telah dihubungi dan dia menguatkan faktanya.”
Friday juga menyampaikan bahwa semua anak yang diculik itu berusia di bawah 10 tahun dan beberapa dari mereka telah hilang selama beberapa bulan, dikutip dari VOA News.
2. Wanita yang ditangkap membantah telah melakukan kejahatan
Friday menjelaskan operasi kepolisian yang berhasil menyelamatkan anak-anak itu. “Pada 3 September 2022, Operasi Pemulihan Perdamaian Personil Komando, yang bertindak berdasarkan informasi yang dapat dipercaya, mengenai persembunyian pedagang anak, menyerbu Onuigwe Abuja Tahap II, di Dewan Lokal Ikwerre, di mana seorang wanita, yang mengaku sebagai pendeta Suster Maureen Wechinwu ditangkap.”
Friday meyakini wanita itu tidak bekerja sendiri, dia memberitahu bahwa saat ini penyelidikan sedang berlangsung dengan tujuan menangkap tersangka lain yang terkait dengan kasus ini.
Terkait tuduhan kejahatan yang dilakukannya ini, Wechinwu dalam keterangannya telah menyangkal melakukan pedagang anak-anak.
“Saya menjalankan panti asuhan untuk anak-anak orang gila. Fransisca Onyinyechi, yang dilahirkan oleh seorang wanita gila di pasar Ogboro adalah salah satunya. Saya tidak bisa mengatakan bahwa saya adalah saudara perempuan yang terhormat sekarang karena saya adalah aib. Tapi saya percaya saya sebelum sekarang,” paparnya.
Namun, meski menyangkal Wechinwu, dikabarkan telah menyebutkan nama-nama mereka yang terkait dalam kejahatannya ini. Wechinwu menyampaikan seorang pria bernama Victor dan seorang wanita bernama Alice biasa membawa anak-anak kepadanya dengan bayaran sekitar 50 ribu naira (Rp1,7 juta) per anak, kadang-kadang lebih.
3. Perdagangan manusia sering terjadi di Nigeria
Kasus perdagangan manusia juga terungkap di Nigeria pada minggu ini. Kejahatan itu terjadi di negara bagian Sokoto. Kepolisian memberitahu telah menangkap dua tersangka percobaan penculikan dan perdagangan manusia melalui perbatasan Illela ke Libya. Tersangka lainnya masih diburu polisi.
Perdagangan manusia merupakan hal yang sering terjadi di Nigeria. Organisasi Internasional untuk Migrasi menyampaikan bahwa Nigeria adalah sumber, titik transit, dan negara tujuan bagi perempuan dan anak-anak yang menjadi korban perdagangan manusia, termasuk untuk kerja paksa hingga prostitusi paksa, dikutip dari VOA News.
Perdagangan anak-anak di Nigeria dapat ditelusuri kembali hingga tahun 1960-an, tapi saat ini permasalahan itu menjadi isu global sejak deportasi orang-orang yang diperdagangkan ke Eropa dan Timur Tengah untuk prostitusi dimulai pada 1994. Untuk mengatasi masalah tersebut pada 2013 dibentuk sebuah badan nasional untuk memerangi perdagangan orang.
Pathfinders Justice Initiative, sebuah organisasi internasional yang bekerja untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual dan pembebasan perbudakan terhadap perempuan dalam sebuah laporan pada 2018 menjelaskan perdagangan manusia di Nigeria.
“Nigeria menempati peringkat 32/167 negara dengan jumlah budak tertinggi 61 persen perdagangan manusia di Nigeria terjadi secara internal, sementara 39 persen dihasilkan dari perdagangan lintas batas. Ini adalah kejahatan paling umum ketiga di Nigeria setelah perdagangan narkoba dan penipuan ekonomi,” menurut laporan UNESCO, 2006.