Massa pengemudi ojek daring yang tergabung dalam Forum Ojol Yogyakarta menggeruduk Gedung DPRD DIY, Kota Yogyakarta, Senin (12/9).
Mereka menyuarakan protes atas kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Para pengemudi ojol yang berunjuk rasa merupakan gabungan dari berbagai paguyuban driver se-DIY. Mereka menamakan dirinya Forum Ojol Yogyakarta.
“Hari ini yang ikut sekitar dua ribuan,” kata Ketua Paguyuban Driver Gojek Jogja (Pagodja) Agus Suwito, di Gedung DPRD DIY, Senin siang.
“Kami meminta harga BBM untuk diturunkan. Karena setiap hari kami menggunakan BBM dan kenaikan harga BBM ini sangat luar biasa,” sambungnya.
Forum Ojol Yogyakarta mengaku keberatan atas kebijakan pemerintah ini yang dirasa menambah beban pengeluaran para pengemudi ojek online.
“Karena kenaikan dari BBM 30 persen, sedangkan kenaikan aplikator hanya 15 persen, itu maksimal. Maka tiap hari kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk bisa menyelesaikan tugas kami sebagai driver,” terangnya.
Para pengemudi ojol menyuarakan lima tuntutan dalam aksi kal ini. Pertama adalah penolakan kenaikan harga BBM yang apabila kebijakan itu tidak dicabut, maka mereka menuntut diberikan bantuan subsidi.
Kedua, menuntut pencabutan izin usaha aplikator yang tak mematuhi regulasi. Ketiga, adanya pemerataan tarif untuk seluruh aplikator dan seluruh pelayanan aplikasi, serta merujuk pada keputusan Kemenhub nomor KP 667 tanggal 7 September 2022.
“Keempat kami minta pemerintah membentuk payung hukum untuk driver ojol,” ujarnya, “Serta kelima wujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh driver online Indonesia.”
Nur Eka Jayanti, salah seorang peserta aksi berharap tuntutan para ojol ini bisa didengar oleh pemerintah. Terlebih, menurutnya, kenaikan tarif dari aplikasi tidak signifikan dan tidak sebanding dengan harga BBM untuk saat ini.
“Harapannya pemerintah mengkaji ulang kenaikan BBM dan kenaikan tarif. Karena kenaikan tarif dibuat sebelum ada kebijakan kenaikan BBM,” katanya.
Eka mengklaim kondisi kesejahteraan para ojol sudah sedemikian sulit saat pandemi Covid-19 melanda. Kini diperparah dengan kenaikan tarif BBM.
“Sehari dapat Rp50 ribu atau Rp100 ribu saja susah,” keluhnya.
(Sumber : CNNIndonesia.com)