Camilan keripik singkong dengan brand Matoh asal Bojonegoro, Jawa Timur, turut meramaikan Festival Tong Tong di Belanda. Matoh adalah brand keripik singkong yang dibesarkan oleh PT Paretu Estu Guna.
Camilan sehat ini memiliki enam varian rasa yaitu Keju, Original Soya, Manis Asin, Sambal Purut, Balado dan Sea Salt. Matoh juga baru-baru ini merilis varian baru keripik ubi rasa Cinnamon.
Factory Manager Paretu Estu Guna, Muhammad Pujiono bercerita, Matoh yang lahir pada 2013 berawal dari upaya meningkatkan nilai ekonomi bahan pangan singkong. Pujiono mengaku pada awalnya ia merintis usaha dari mengubah gudang tembakau menjadi gudang tepung singkong gluten free.
Jatuh bangun saat menjalankan usaha mendorongnya untuk riset terhadap bibit singkong yang bagus sebagai bahan baku keripik. Hingga pada 2013 pihaknya mendapatkan varian bibit singkong yang cocok dari Kalimantan untuk diformulasikan menjadi makanan ringan.
“Kami membuat singkong dengan value yang tinggi sebagai healthy snack dan hadirlah keripik singkong ini,” ujarnya dikutip dari keterangannya, Senin (12/9/2022).
Selanjutnya, ia memberdayakan petani di wilayah Bojonegoro. Pasalnya, banyak lahan pertanian di Bojonegoro gagal panen karena pengairan yang kurang, sedangkan singkong perawatannya relatif mudah dan tidak memerlukan air yang banyak.
“Akhirnya kami kolaborasi dengan beberapa petani. Kami memberikan bibit yang kami ambil waktu panen. Jadi, keripik singkong dengan brand Matoh yang merupakan bahasa lokal Bojonegoro artinya bagus, sip, atau top. Gudang pun kami ubah dengan konsep food grade,” katanya.
Sementara itu dalam pemasaran, dia mengungkapkan, Matoh mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR dari dari PT BRI, yakni ajang untuk mendorong pelaku UMKM naik kelas.
Pujiono pun mengatakan bahwa Matoh sudah diekspor sejak 2019 setelah rutin mengikuti program pelatihan ekspor dari pemerintah. Adapun pada masa sebelum pandemi Covid-19 porsi ekspor Matoh mencapai 65% dari total produksi.
“Di dalam negeri, orang makan healthy snack itu masih relatif rendah. Matoh tidak ada pengawet, gluten free, tidak menggunakan pewarna, seasoning-nya punya sendiri dari rempah khas Indonesia yang menerapkan penanaman secara organik. Jadinya Matoh itu premium healthy snack. Enak tapi menyehatkan juga,” ujar Pujiono.
Namun, ketika pandemi melanda porsi penjualan menjadi terbalik yaitu 65% untuk pasar lokal dan 35% ekspor. Menurutnya hal itu terjadi karena adanya lockdown di beberapa negara sehingga proses pengiriman menjadi terbatas.
Kendati demikian, Matoh akan melakukan ekspansi ke Kawasan Timur Tengah dan Afrika. Di sisi lain, pihaknya akan memprioritaskan Belanda sebagai tujuan ekspor berikutnya.
Dia menilai Belanda memiliki pasar yang tinggi karena familiar dengan produk dan cita rasa Indonesia. Adapun saat ini, pasar terbesar Matoh adalah Pulau Bali.
Pujiono menuturkan produksi Matoh kini mencapai 25-30 ton atau sekitar 40.000-50.000 kemasan per bulan dengan harga produk Rp 13.000. Dalam menjalankan usaha, pihaknya juga mempekerjakan sekitar 30 karyawan dan bekerja sama dengan sekitar 8 petani yang per orangnya mengelola ladang singkong 1,5-2 hektar.
Lebih lanjut, Direktur Bisnis Kecil & Menengah BRI Amam Sukriyanto menjelaskan bahwa pihaknya terus mengedukasi dan menyiapkan pelaku UMKM untuk mengembangkan pangsa pasarnya hingga ke mancanegara.
Amam menambahkan bahwa perseroan melakukan strategi business matching mempertemukan konsumen dari mancanegara dengan UMKM lokal. Strategi ini dapat dilihat dari gelaran BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR, ajang tahunan BRI untuk mendorong pelaku UMKM binaan BRI go global.
Pada tahun lalu, ajang tersebut mencatatkan transaksi business matching hingga US$ 72,13 juta atau melampaui target yang telah ditetapkan sebesar US$ 65 juta. Adapun sebanyak 110 buyers yang meramaikan ajang ini berasal dari 31 negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Timur tengah, hingga Australia.
“UMKM lokal memiliki potensi yang sangat besar dengan beragam keunikan serta produk yang disukai oleh berbagai konsumen dari berbagai negara. Untuk itulah, kami coba berusaha mendampingi agar produk UMKM lokal ini memiliki kualitas terbaik dan selaras dengan kebutuhan pasar,” tambahnya.
Sumber : CNBC Indonesia