Popularitas Korea Selatan di mata dunia dalam beberapa tahun terakhir semakin positif karena kesuksesan industri hiburannya. Namun, tidak seindah kisah cinta di drakor, faktanya banyak warga Korea Selatan yang menderita kesepian.
Menurut laporan Statistik Korea pada 2022, yang dikutip dari Korea JoongAng Daily, satu dari tiga warga Korea menderita isolasi sosial dan merasa kesepian. Pandemi Covid-19 disebut memperparah masalah kesepian di Negeri Ginseng, di mana banyak orang terpaksa diam di rumah dan nyaris tidak berinteraksi dengan orang lain. Hal itu ikut menambah perasaan terisolasi bagi warga Korea, dan bahkan memengaruhi kondisi mental mereka.
Seperti yang dialami seorang warga bernama Choi. Wanita berusia 38 tahun itu mengatakan bahwa dia merasa kesepian terutama setelah pulang kerja.
Choi tidak menjalin hubungan asmara dengan siapa pun dalam beberapa tahun terakhir. Dia juga tidak berpartisipasi dalam kegiatan sosial karena takut akan virus corona. Bahkan sebelum pandemi, percakapan dengan rekan-rekannya hanya terkait dengan pekerjaan saja.
“Saya memang berpikir untuk menghadiri semacam pertemuan, tetapi pandemi menghentikan saya. Selain itu, tidak mudah bagi saya untuk mendapatkan teman baru,” kata Choi.
Badan Statistik Korea dalam survei dua tahunannya tentang topik kesepian mengungkapkan bahwa 34,1 persen warga Korea mengalami kesulitan menemukan dukungan mental. Angka itu naik 6,4 poin persentase dari 2019.
Selain pandemi, faktor lain yang juga berkontribusi pada masalah kesepian adalah meningkatnya populasi lansia dan rumah tangga yang hanya terdiri satu orang, di mana hal ini menjadi persentase terbesar yang pernah tercatat sejak lembaga ini memulai penelitian pada tahun 2009.
Sekitar 27,2 persen warga Korea menjawab bahwa mereka tidak memiliki siapa pun yang dapat mereka mintai bantuan ketika mereka sakit. Sekitar 20,4 persen mengatakan bahwa mereka tidak memiliki siapa pun untuk diajak bicara ketika mereka merasa stress.
Sementara itu, orang tua cenderung merasa lebih terisolasi, sekitar 37,1 persen di usia 50-an dan 41,6 persen di usia 60-an. Sementara pada generasi muda, hanya 26,7 persen dari penduduk berusia 20-an yang merasa terisolasi.
“Seberapa bahagia atau tertekan perasaan seseorang tergantung pada seberapa banyak interaksi sosial yang dimiliki seseorang,” kata profesor Kim Ju-yeon dari departemen sosiologi perkotaan Universitas Seoul.
“Dukungan dari [pemerintah] diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang meningkat sehubungan dengan isolasi sosial dan populasi lansia yang terus bertambah,” paparnya.
Sumber : CNBC Indonesia