Selain berbagai proyek besar-besaran di bidang pariwisata, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), juga berambisi menggagas proyek untuk melawan perubahan iklim.
“Kami akan bekerja menggunakan Inisiatif Saudi Hijau untuk meningkatkan tanah vegetasi hijau, mengurangi emisi karbon, melawan polusi, degradasi lahan, dan menjaga kehidupan laut,” kata MbS kepada media Badan Pers Saudi, yang dikutip Gulf Business.
Berdasarkan inisiatif tersebut, Arab Saudi bakal menanam 10 miliar pohon beberapa dekade ke depan. Angka ini setara dengan merehabilitasi setidaknya 40 juta hektare lahan terdegradasi.
Selain itu, Saudi bakal meningkatkan persentase lahan yang perlu dilindungi hingga lebih dari 30 persen area total negara itu.
Inisiatif ini juga menargetkan agar Saudi mengurangi emisi karbon lebih dari empat persen dari kontribusi global.
Dari segi energi terbarukan, Saudi berencana memasok 50 persen listrik negara dari sumber daya terbarukan pada 2030. Ini dicapai lewat teknologi hidrokarbon yang diestimasi dapat mengurangi 130 MT emisi karbon.
Tak hanya Inisiatif Saudi Hijau, MbS juga meluncurkan Inisiatif Timur Tengah Hijau. Dalam inisiatif ini, Saudi bekerja sama dengan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dan negara di kawasan untuk menanam 40 miliar pohon di Timur Tengah.
Proyek penanaman pohon regional tersebut diklaim merupakan program penghijauan terbesar di dunia, melebihi luasan program Great Green Wall di Sahel, Afrika.
Dalam proyek ini, negara-negara tersebut berupaya mengembalikan 200 juta hektare lahan yang terdegradasi.
Great Green Wall sendiri adalah gerakan di Afrika yang dilakukan di daerah Sahel. Sahel merupakan wilayah ujung selatan Gurun Sahara yang mengalami kekeringan dan kekurangan pangan.
Namun, sejak inisiatif Great Green Wall dilakukan pada 2007, wilayah tersebut mulai “kembali hidup,” berdasarkan klaim di situs resmi gerakan tersebut. (Sumber: cnnindonesia.com)