Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis points (bps) pada September ini akan mendorong kenaikan suku bunga kredit dan simpanan di perbankan.
Namun, BI berdalih transmisi suku bunga acuan terhadap suku bunga di perbankan tidak akan signifikan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga itu pengaruhnya terhadap kenaikan suku bunga perbankan, baik suku bunga kredit dan simpanan, akan lebih lambat dari kondisi sebelum Covid-19.
“Elastisitasnya akan lebih rendah dari sebelum Covid karena likuiditas yang longgar. Itu pengaruh dari kebijakan ini terhadap suku bunga,” papar Perry dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI, dikutip Senin (26/9/2022).
Menurutnya, transmisi suku bunga BI ke suku bunga kredit perbankan, baik kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), kredit tanpa agunan (KTA), hingga kredit usaha, akan terjadi dalam dua kuartal atau enam bulan.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menambahkan bahwa transmisi ke suku bunga simpanan atau dana akan lebih cepat yakni 3 bulan atau satu kuartal.
Dia memastikan bahwa kondisi di perbankan saat ini normal, di mana likuditas banyak. Dengan demikian, pengaruh kenaikan suku bunga acuan tidak akan signifikan.
“Tapi kami akan terus pantau, secara industri likuditas masih cukup. Namun, akan kami lihat lagi secara granular,” paparnya.
Dari catatan BI, suku bunga di pasar deposito, dana dan kredit masih mengalami tren penurunan. Suku bunga di pasar dana turun 44 bps menjadi 2,9% dan kredit turun 48 bps menjadi 8,94%.
Lebih lanjut, suku bunga dasar kredit (SBDK) juga turun 1 bps secara bulanan per Juli 2022 pada bank umum swasta nasional. Sementara itu, penurunan tahunan SBDK telah mencapai 25 bps.
Sumber : CNBC Indonesia