Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menuntaskan misi menabrakkan pesawat nirawak ke asteroid Dimorphos, Selasa (26/9) pagi WIB. Berapa harga misi ‘bunuh diri’ itu?
Melansir Forbes, misi yang disebut dengan Double Asteroid Redirection Test (DART) ini menelan biaya US$330 juta atau Rp5 triliun (1USD= 15.167). Misi ini dilakukan untuk melihat apakah pesawat luar angkasa mampu mengubah trajektori asteroid lewat hentakan kinetik untuk mengalihkannya dari menabrak Bumi.
Parameter kesuksesan misi ini tidak bisa dilihat instan. Seperti dikutip dari Reuters, para ahli baru bisa melihatnya bulan depan lewat observasi teleskop daratan.
Akan tetapi, NASA optimistis usaha ini membuahkan hasil. “Pekerjaan NASA untuk keuntungan umat manusia. Jadi, melakukan hal seperti ini adalah tujuan utama pemenuhan misi kami,” kata Deputi Administrator NASA, Pam Melroy.
“Sebuah pertunjukan teknologi, yang siapa tahu bisa menyelamatkan rumah kita,” ujarnya menambahkan.
DART diluncurkan lewat roket SpaceX pada November 2021. Pesawat ini kebanyakan dikendalikan oleh NASA dengan kontrolnya diserahkan kepada navigasi sistem otomatis pada saat-saat terakhir perjalanannya.
DART terbang ke arah asteroid Dimorphos dengan kecepatan 24 ribu km/jam, menciptakan kecepatan yang cukup untuk mengubah lintasannya.
Menurut tim ahli DART, pesawat ini diharapkan memendekkan orbit Dimorphos sekitar 10 menit, namun 73 detik pun sudah dianggap sukses. Selanjutnya, para ahli akan melakukan pemantauan pasca tabrakan pada Oktober bulan depan.
Perekaman tabrakan ini sendiri dilakukan oleh perangkat bernama LICIACube yang merupakan singkatan dari Light Italian Cubesat for Imaging Asteroids.
LICIA Cube inilah yang akan mengambil beberapa foto hasil dari tabrakan itu dan mengirimnya ke Bumi.
NASA sendiri diprediksi akan merilis foto itu pada 28 September, karena perangkat itu butuh waktu untuk mengirim foto ke Bumi.
Asteroid Dimorphos dan Didymos sejatinya tak berbahaya bagi Bumi. Dimorphos sendiri merupakan asteroid satelit dari Didymos yang berukuran lebih besar yakni 780 meter.
Dimorphos berukuran sekitar 160 meter. Karena ukurannya inilah, asteroid tersebut dianggap bisa menjadi eksperimen yang pas untuk mengetes sistem pertahanan planet NASA.
Sumber: CNN Indonesia