Inggris digegerkan dengan semakin banyak warganya yang hidup melarat mulai dari tak makan demi bayar tagihan listrik hingga menjadi pekerja seks komersial (PSK) demi bisa memenuhi biaya hidup yang meroket.
Menurut laporan Money Advice Trust diperkirakan 20 persen orang dewasa Inggris atau 10,9 juta orang menunggak tagihan listrik. Angka ini naik sekitar 45 persen sejak perhitungan terakhir di Maret lalu.
Selain itu, berdasarkan survei opinium, terdapat 5,6 juta warga rela mengurangi jatah makan dalam tiga bulan terakhir sebagai akibat dari krisis. Ini termasuk melewatkan makan, makan sekali sehari, atau tidak makan sama sekali pada beberapa hari.
Beberapa kepala sekolah di Inggris juga melaporkan anak-anak memakan karet atau bersembunyi di taman bermain saat jam istirahat karena mereka tak mampu membeli makan siang.
Sementara itu, semakin banyak perempuan Inggris yang memilih menjadi pekerja seks demi bisa memenuhi biaya hidup mereka.
Juru bicara organisasi English Collective of Prostitutes, Niki Adams, menuturkan bahwa, “Harga biaya hidup kini memaksa perempuan melakukan pekerjaan seks dengan berbagai cara, entah di jalan ataupun secara virtual,” dikutip dari situs resmi lembaga itu.
“Apa yang kami lihat saat ini adalah orang-orang bekerja di sana karena putus asa.”
Adams menilai tak hanya membuat sejumlah perempuan baru memilih bekerja seks, krisis juga menyebabkan masyarakat yang sudah lepas dari pekerjaan itu kembali lagi.
Semua fenomena ini terjadi gegara kenaikan harga energi seperti bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang turut membuat biaya hidup melambung tinggi.
Selain itu, Inggris yang memasuki resesi juga menjadi penyebab semakin banyak warga Inggris yang kian hidup sengsara.
Sebagaimana dilansir Evening Standard, resesi ini terjadi akibat lonjakan harga energi, konflik di Ukraina, Brexit, dan efek relaksasi ekonomi setelah penguncian (lockdown) Covid-19.
Pada Agustus, inflasi di Inggris menjadi 9,9 persen dan diprediksi bakal terus meningkat. Harga pound sterling juga semakin turun.
Kondisi ekonomi ini lah yang membuat warga Inggris semakin kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Salah satu warga negara Indonesia yang kini berada di Inggris, Muhammad Fahmi Ardi, bahkan mengatakan ia harus sangat berhemat demi bisa hidup di negara itu.
Salah satu cara penghematan ini adalah memotong anggaran konsumi dan tak menggunakan listrik berlebihan.
“Memotong (biaya) konsumsi. Selalu cek-cek promosi diskon jika belanja di swalayan. Mengurangi makan di restoran atau kedai luar rumah,” tutur Fahmi yang berprofesi sebagai arsitek lansekap di London kepada CNNIndonesia.com.
Ia kemudian bercerita, “[Saya] harus mengurangi penggunaan energi atau konsumsi listrik. Salah satu contohnya ketika cuci piring. Saya tak lagi menggunakan mesin cuci piring otomatis,” ujarnya.
Sumber: CNN Indonesia