Sudah bukan rahasia lagi kalau harga properti di kota-kota besar di Indonesia sangat mahal dan makin tak terjangkau generasi muda. Laporan Bank Dunia bahkan memasukkan Jakarta ke dalam jajaran kota dengan hunian termahal di dunia.
Lantas, bagaimanakah cara generasi muda, khususnya Gen Z yang baru memulai karir, agar tetap dapat memiliki rumah sendiri meskipun bergaji UMR?
1. Fokus pada Earning Power
Christopher Rodjito, Perencana Keuangan dari Finante.id menyarankan agar Gen Z fokus meningkatkan earning power atau kemampuan untuk menghasilkan pemasukan yang lebih tinggi, ketika pemasukan utama masih sebatas UMR.
“Fokus utama adalah tingkatkan earning power terlebih dahulu. Sangat wajar jika Gen Z memiliki beberapa aliran pemasukan, seperti dari pekerjaan sampingan hingga bisnis keluarga. Setelah itu, baru nanti akan bisa memiliki ragam pilihan terkait rumah yang ingin dimiliki,” jelas Christopher saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (27/9/2022).
2. Sisihkan hingga 40% Pendapatan
Saat ini, pemerintah dan bank telah menawarkan sejumlah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang memungkinkan Gen Z untuk mewujudkan keinginan punya rumah sendiri. Namun, terdapat sejumlah hal yang harus diperhatikan sebelum mengajukan KPR, salah satunya adalah menyisihkan pendapatan sebanyak 30 hingga 40 persen untuk ditabung. Uang yang terkumpul di rekening tabungan ini akan menjadi faktor penilaian bank atau pemberi kredit ketika Anda mengajukan KPR untuk menghindari cicilan macet selama kredit berlangsung.
“Selain itu, riwayat pinjaman dan cicilan seseorang yang akan mengajukan KPR juga akan diperiksa sebagai perbandingan antara rasio utang dan pemasukan. Bila riwayatnya baik serta limit pinjaman selalu meningkat, maka kemungkinan KPR akan disetujui tinggi ,” sebut Christopher.3. Bangun Rumah dari Awal atau Hunian dari Developer?
Menurut Christopher, memiliki hunian dari developer rumah dapat menjadi pilihan ideal bagi Gen Z. Sebab, umumnya developer memberikan kemudahan bagi calon penghuninya, seperti uang muka dapat dicicil, kerja sama dengan pihak bank sehingga proses KPR dapat lebih mudah, dan adanya jaminan kapan rumah siap dihuni.
“Sedangkan kalau membangun rumah dari awal, pengajuan KPR akan lebih sulit karena bank akan mempertimbangkan sejumlah hal, salah satunya adalah jaminan jangka waktu kredit akan selesai hingga rumah selesai dibangun,” tutup Christopher.
Sumber : CNBC Indonesia