Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz menunjuk putranya dan pewarisnya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), sebagai perdana menteri. Hal itu diumumkan resmi melalui dekrit, Selasa waktu setempat.
Ini semakin menguatkan kekuasaan MBS, yang sebelumnya telah menjadi pemimpin de facto negara itu. Sebelum menjadi PM, ia menjabat sebagai menteri pertahanan.
“Putra mahkota mengatakan kerajaan telah meningkatkan swasembadanya dalam industri militer menjadi 15% dari 2% dan berencana untuk mencapai 50% di bawah menteri pertahanan yang baru diangkat,” bunyi laporan media Saudi, SPA, dikutip Rabu (28/9/2022).
“Raja Salman masih akan memimpin rapat kabinet yang dia hadiri,” tambahnya mengutip dekrit tersebut.
Dekrit itu juga mengubah sejumlah nama dalam kabinet. Putra kedua Raja Salman, Pangeran Khalid, menduduki posisi MBS sebagai menteri pertahanan.
Perombakan itu membuat putra lainnya, Pangeran Abdulaziz bin Salman, sebagai menteri energi. Namun Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Keuangan Mohammed al-Jadaan dan Menteri Investasi Khalid al-Falih, tetap di posisi mereka.
“Peran barunya sebagai PM sejalan dengan delegasi tugas raja sebelumnya kepadanya, termasuk mewakili kerajaan dalam kunjungan ke luar negeri dan memimpin pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh kerajaan,” kata seorang pejabat Saudi dikutip Reuters.
“Putra mahkota, berdasarkan perintah raja, sudah mengawasi badan eksekutif utama negara setiap hari dan peran barunya sebagai perdana menteri ada dalam konteks itu,” kata pejabat itu lagi, menolak disebutkan namanya.
MBS diketahui telah mengubah Arab Saudi secara radikal sejak naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2017. Ia memimpin upaya untuk mendiversifikasi ekonomi dari ketergantungannya pada minyak, memungkinkan perempuan untuk mengemudi dan membatasi kekuasaan ulama.
Reformasinya, disebut Reuters, juga diiringi tindakan keras terhadap perbedaan pendapat. Di mana sejumlah aktivis, bangsawan, dan pengusaha dipenjara.
Pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat kerajaan di Istanbul pada 2018 juga telah menodai reputasinya. Ini membuat renggang hubungan kerajaan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat lainnya.
Raja Salman sendiri, kini berusia 86 tahun. Penjaga situs paling suci Islam tersebut menjadi penguasa pada 2015 setelah menghabiskan lebih dari 2,5 tahun sebagai putra mahkota.
Dia telah dirawat di rumah sakit beberapa kali selama dua tahun terakhir karena berbagai penyakit. Dalam beberapa kesempatan internasional, Raja Salman mulai absen dan digantikan MBS.
Sumber : CNBC Indonesia