Korea Selatan sedang dilanda krisis kimchi, makanan pendamping berupa acar pedas yang dimakan setiap hari oleh banyak orang di Negeri Ginseng. Banyak pembuat kimchi yang mengeluh sulit mendapatkan bahan baku berupa sawi putih.
Mengutip laporan Reuters, dalang utama di balik krisis ini adalah perubahan suhu yang esktrem. Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Selatan terus mencatatkan kenaikan suhu dan intensitas hujan lebih lebat yang merusak tanaman sawi putih. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat pasokan sawi putih menurun signifikan.
Akibatnya, tahun ini harga sawi putih sudah naik dua kali lipat dalam waktu kurang dari tiga bulan. Kenaikan harga sawi putih juga menggambarkan lonjakan inflasi ke level tertinggi dalam 24 tahun pada Juli lalu.
“Kami biasa membeli sawi putih setiap bulan Juni untuk disimpan dan digunakan nanti saat harga naik, tapi tahun ini kami sudah kehabisan stok,” kata Ahn Ik-jin, kepala eksekutif pembuat kimchi Cheongone Organic.
“Dulu kami memproduksi 15 ton kimchi sehari, tetapi sekarang kami hanya memproduksi 10 ton atau kurang,” katanya.
Perusahaan Ink-Jin terpaksa menaikkan harga kimchi nyaris 70% menjadi 5.000 won per kilogram.
Industri kimchi Korea Selatan telah berada di jurang yang licin selama beberapa waktu terakhir. Apalagi, China kini juga mulai memproduksi kimchi yang harganya kerap kali lebih murah dari buatan lokal. Bahkan, impor kimchi dari China telah melonjak selama dua dekade terakhir.
Tahun lalu, hampir setengah dari 1.000 pembuat kimchi Korea Selatan menutup bisnisnya secara permanen atau sementara, dan sebagian perusahaan beralih membuat produk lain, menurut sebuah studi dari Korea Rating & Data.
Sementara itu, di dalam negeri, kelangkaan sawi putih membuat banyak pihak khawatir kondisi tersebut juga akan merusak tradisi Kimjang, yakni membuat kimchi bersama lalu membagikannya ke keluarga, teman, dan tetangga, yang umumnya dilakukan setiap November.
Sumber : CNBC Indonesia