Perjalanan Elon Musk membeli Twitter tak mulus. Bahkan kedua belah pihak sempat terlibat perang opini dan bahkan dijadwalkan bertemu di persidangan.
Pada April lalu, pemilik Tesla itu sepakat membeli Twitter dengan harga US$44 miliar (Rp 668 triliun). Dalam pengumumannya, saham Twitter senilai US$54,20 per lembar.
Bahkan pembelian itu mendapatkan dukungan penuh dari mantan CEO Twitter, Jack Dorsey. Dia mengatakan Musk akan melindungi perusahaan itu saat Twitter melakukan perombakan.
Saat itu diyakini kesepakatan bisa selesai pada tahun 2022. Namun ternyata Musk malah membatalkan pembelian karena masalah akun bot spam di Twitter.
Sebagai pemilik baru, Musk menginginkan untuk menangani masalah spam platform. Sesaat setelah kesepakatan, Musk mengatakan akan menilai klaim soal jumlah akun bot di Twitter.
Perusahaan mengatakan jika akun tersebut hanya sekitar 5% dari pengguna aktif harian (mDAU). Namun pihak Musk mengatakan klaim itu tidak berdasar dan menyebut Twitter menyesatkan investor dan pengguna soal jumlah akun palsu di platformnya.
Pengacara Skadden Arps Mike Ringler yang mewakili Musk menuding Twitter melanggar perjanjian, karena diduga berisi ‘representasi yang tidak akurat secara material’.
“Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi. Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan, dan terkadang mengklaim untuk mematuhinya sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak dapat digunakan oleh Musk,” klaim Ringler.
Berdasarkan ketentuan, Musk harus membayar US$1 miliar jika dia mundur dalam kesepakatan.
Setelah membatalkan kesepakatan, hubungan Twitter dan Elon Musk kian memanas. Raksasa jejaring sosial itu menuding Musk hanya mencari alasan agar bisa membatalkan akuisisi.
Twitter membantah tidak melaksanakan kewajiban yang ada dalam kesepakatan merger. “Twitter meminta agar Tuan Musk dan pihak lain yang terlibat untuk tunduk kepada kewajiban mereka di dalam kesepakatan, termasuk kewajiban mereka untuk menyelesaikan transaksi yang dituangkan di kesepakatan dengan upaya terbaik,” tulis Twitter dalam surat yang ditujukan untuk Musk dan diserahkan pada regulator bursa saham.
Twitter dan Musk juga saling melaporkan satu sama lain ke pengadilan Delaware. Keduanya dijadwalkan untuk mengikuti sidang lima hari yang dimulai pada 17 Oktober 2022 mendatang.
Dalam persidangan itu, Twitter tetap ingin Musk melanjutkan kesepakatan pembelian perusahaan..
Namun 12 hari sebelum jadwal persidangan, Musk tiba-tiba saja merubah pikirannya. Reuters, mengutip keterbukaan saham, menyebutkan Musk akan melanjutkan rencana pembelian tersebut.
Tak ada alasan pasti kenapa Musk berbalik arah dan meneruskan pembelian. Namun Reuters menyebutkan, nampaknya perubahan sikap itu untuk menghindari berbicara di depan pengadilan dan mengungkapkan ke publik, pembicaraan dan negosiasi dengan investor pendukungnya dalam rencana akuisisi Twitter.
Sumber : CNBC Indonesia