Ekonomi Eropa akan terjerumus dalam jurang resesi pada tahun ini seiring dengan lonjakan inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga acuan yang menekan pertumbuhan.
Head of Asia-Pacific Sovereigns Fitch Ratings, Thomas Rookmaaker dalam wawancara di CNBC Indonesia TV, Rabu (5/10/2022) mengatakan pihaknya memproyeksi Eropa dan Inggris akan mengalami resesi bersamaan di tahun ini.
Penyebabnya karena harga energi, yaitu gas yang tinggi. Akibat ketegangan perang antara Rusia dan Ukraina.
“Turunnya pasokan gas dan tingginya harga energi berdampak pada produksi industri di negara-negara tersebut. Dan menekan pendapatan riil konsumen,” ujar Thomas dalam wawancara di CNBC Indonesia TV, Rabu (5/10/2022).
Namun, hal yang paling dikhawatirkan adalah musim dingin di Jerman. Jika musim dingin di Jerman berlangsung lama dan intens, tidak menutup kemungkinan ekonomi negara ini dan Eropa akan gelap.
Seperti diketahui, Jerman kini menjadi sorotan dunia karena tidak memiliki cukup energi ketika musim dingin pasca penghentian aliran gas Rusia ketika perang di Ukraina terjadi.
Jerman sendiri telah melakukan penampungan gas alam untuk menghadapi musim dingin. Hingga saat ini, penampungan yang dimiliki negara itu telah mencapai level di atas 85%.
Kekurangan energi ini juga memaksa Negeri Rhein itu untuk memotong ekspor listrik ke negara seperti Prancis. Media Financial Times melaporkan tindakan tersebut dapat diterapkan sebagai upaya terakhir untuk menghindari pemadaman listrik di Jerman.
Jerman adalah motor ekonomi Eropa. Inflasinya sudah menyentuh level 10,9% dan perekonomiannya terus menyusut.
Institut Riset Ekonomi Ifo, think-tank terkemuka berbasis di Munich, memperkirakan ekonomi terbesar Eropa ini akan menyusut 0,3% pada 2023 alias jatuh ke jurang resesi. Angka ini memangkas perkiraannya sebesar empat poin persentase dari prediksi sebelumnya pada Juni lalu.
Sementara inflasi diperkirakan mencapai 8,1% tahun ini dan 9,3% tahun depan. Situasi akan lebih buruk apabila musim dingin kali tidak tertangani dengan baik.
Mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M. Chatib Basri melihat efek resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa akan berpengaruh kepada Indonesia, terutama dari jalur perdagangan.
“Kalau Eropa resesi, Amerika resesi, yang ekspor ke Eropa (dalam jumlah) besar kan China. Nah, partner ekspor Indonesia yang terbesar kan China. Kalau China slowdown, maka permintaan dan harga komoditas akan turun,” kata Chatib.
Sementara inflasi diperkirakan mencapai 8,1% tahun ini dan 9,3% tahun depan. Situasi akan lebih buruk apabila musim dingin kali tidak tertangani dengan baik.
Mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M. Chatib Basri melihat efek resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa akan berpengaruh kepada Indonesia, terutama dari jalur perdagangan.
“Kalau Eropa resesi, Amerika resesi, yang ekspor ke Eropa (dalam jumlah) besar kan China. Nah, partner ekspor Indonesia yang terbesar kan China. Kalau China slowdown, maka permintaan dan harga komoditas akan turun,” kata Chatib.
Sumber : CNBC Indonesia