Di tengah krisis keuangan yang melanda negeri, Presiden Argentina Alberto Fernandez kembali merombak Kabinetnya dan menunjuk tiga perempuan untuk memimpin kementerian tenaga kerja, pembangunan sosial, dan perempuan, karena krisis ekonomi yang mendalam telah memicu protes selama berminggu-minggu.
Dalam perombakan yang dilakukan Senin (10/10/2022), dilansir Reuters, anggota parlemen federal Victoria Tolosa Paz akan menggantikan Juan Zabaleta di Kementerian Pembangunan Sosial, sementara Raquel Olmos, ekonom dan Wakil Presiden Bank Investasi dan Perdagangan Luar Negeri (BICE) akan memimpin di Kementerian Tenaga Kerja.
Ayelen Mazzina, sekretaris untuk Perempuan, Keanekaragaman dan Kesetaraan Provinsi San Luis, akan mengambil alih jabatan Menteri Perempuan, Gender, dan Keanekaragaman. Ia akan menggantikan Elizabeth Gomez Alcorta yang mengundurkan diri setelah menentang pengusiran sekelompok perempuan pribumi Mapuche dari tanah di wilayah Patagonia selatan.
Perubahan Kabinet terbaru terjadi kurang dari tiga bulan setelah pemerintah merombak kementerian ekonomi, menunjuk Sergio Massa sebagai Menteri “Super” Ekonomi Argentina dalam upaya untuk menahan krisis ekonomi yang memburuk.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah mengatakan para menteri baru adalah “wanita dari berbagai usia, asal geografis dan pengalaman yang luas” yang akan menjadi bagian dari Kabinet Fernandez “untuk memperdalam luasnya pandangan dan efisiensi manajemen.”
Perlu diketahui, Argentina saat ini sedang dilanda krisis keuangan yang sangat parah.
Inflasi negara penghasil gandum itu tak terkendali. Angkanya mencapai 78.5% pada Agustus, dan diperkirakan tembus 100% pada akhir tahun, menurut survei yang dilaksanakan bank sentral Argentina (Banco Central de la República Argentina/BCRA).
Nilai mata uang peso Argentina atau ARS melemah lebih dari 47% sepanjang tahun ini, sebesar ARS 150 per dolar AS. Mata uang negeri Lionel Messi itu sudah melemah akibat salah urus perekonomian sejak sebelum pandemi Covid-19.
Pandemi dan perang Rusia memperparah situasi, hingga ARS terpuruk lebih dari 3.388% atas greenback, setelah sebelumnya menikmati nilai tukar di kisaran ARS 4 per dolar AS, hingga pertengahan 2018.
Tak hanya nilai tukar dan inflasi, jumlah utang Negeri Tango juga berada pada tingkatan yang tinggi. Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) di Argentina sempat mencapai 80,5% pada 2021. Pada tahun yang sama, rasio utang Indonesia hanya 35% terhadap PDB.
Saat ini, utang Buenos Aires tercatat setara lebih dari Rp515 ribu triliun bila di rupiahkan dengan kurs Rp15.290 per dolar AS. Utang ini tercatat dalam beberapa mata uang yakni dolar AS sebesar US$ 29,4 triliun atau setara 60,9% dari total utang, mata uang lokal sebesar ARS 13,3 triliun (27,56%), dan 4,3 triliun euro (8,93%). Ketiga denominasi itu mencakup 97,39% dari total utang Argentina.
Sumber : CNBC Indonesia