Aliansi pertahanan NATO mulai buka suara terkait potensi terjadinya perang dengan senjata nuklir dengan Rusia. Mereka menyebut akan tetap siaga dan melanjutkan latihan kesiagaan nuklirnya.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan masih terus memantau gerak-gerik Moskow yang ditakutkan beresiko. Ini dikarenakan kegagalan negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu di beberapa titik di Ukraina sehingga kemungkinan penggunaan nuklir menjadi terbuka.
“Sekarang adalah waktu yang tepat untuk bersikap tegas dan menjelaskan bahwa NATO ada di sana untuk melindungi dan membela semua sekutu … Ini akan mengirimkan sinyal yang sangat salah jika kita tiba-tiba sekarang membatalkan latihan rutin yang telah lama direncanakan karena perang di Ukraina,” kata Stoltenberg dikutip Channel News Asia, Rabu (12/10/2022).
Pernyataan Stoltenberg ini sendiri mengacu pada latihan tahunan ‘Steadfast Noon’, di mana angkatan udara NATO mempraktikkan penggunaan bom nuklir AS yang berbasis di Eropa dengan latihan terbang.
“Ini adalah latihan untuk memastikan bahwa penangkal nuklir kami tetap aman, terjamin dan efektif.”
Stoltenberg juga menambahkan bahwa kekuatan militer NATO adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Rusia yang telah membuat ancaman terselubung terhadap penggunaan senjata nuklir di Ukraina.
Sebelumnya, pada pekan lalu, Putin mengatakan Rusia akan menggunakan ‘semua cara yang tersedia’ untuk mempertahankan wilayah yang dicaploknya dari Ukraina. Ia bahkan menyebut Amerika Serikat (AS) telah melakukannya sebelumnya dengan kejadian bom atom di Hiroshima.
Ancaman terkait serangan nuklir Rusia lalu ditanggapi Presiden AS Joe Biden. Dalam pernyataannya, Biden menyebut bahwa bila ancaman Rusia itu benar-benar terjadi, Armageddon atau ‘kiamat api’ juga akan terealisasi.
“Saya tidak berpikir ada yang namanya kemampuan untuk dengan mudah (menggunakan) senjata nuklir taktis dan tidak berakhir dengan Armageddon,” ujarnya.
Sumber : CNBC Indonesia