Inflasi di Argentina diprediksi mencapai 100 persen pada tahun ini. Di tengah kesulitan, banyak warga mencari pendapatan tambahan, termasuk dengan menjadi pemulung.
Seorang warga bernama Omar, misalnya, terpaksa menghabiskan waktu 12 jam per hari di “pegunungan” sampah di Lujan untuk mencari kardus, plastik, dan besi yang bisa dijual.
“Pemasukan saya tidak lagi cukup,” kata Sergio Omar, kepada Reuters.
Dari hasil sampah daur ulang itu, Omar bisa mendapatkan uang sekitar 2.000 peso (Rp204 ribu) hingga 6.000 peso (Rp613 ribu).
Ia mengaku terpaksa karena harga pangan melonjak drastis dalam beberapa bulan terakhir, membuatnya kesulitan memberikan makan keluarganya. Omar sendiri memiliki lima anak.
Menurut Omar, kini juga semakin banyak pekerja datang ke tempat pembuangan sampah untuk mengumpulkan barang-barang yang dapat dijual.
“Masyarakat yang datang ke sini meningkat dua kali lebih banyak akibat krisis yang terjadi,” kata Omar.
Berdasarkan pantauan Reuters, banyak laki-laki dan perempuan yang mencari pakaian layak pakai bahkan makanan di tumpukan sampah tersebut. Banyak pula tikus, anjing liar, dan burung pemakan bangkai di sekitar mereka.
Sementara itu, pendiri Klub Barter Lujan, Sandra Contreras, menuturkan beberapa warga mencoba melakukan barter untuk memenuhi pangan mereka. Ada yang menukar pakaian tak terpakai mereka dengan sekantong tepung atau pasta.
“Masyarakat sangat putus asa. Gaji mereka tidak cukup. Keadaan semakin buruk hari demi hari,” kata Contreras.
Ia juga menuturkan warga bahkan antre hingga dua jam sebelum klub barter dibuka tiap paginya.
“Masyarakat tak memiliki uang tersisa. Mereka harus mengambil sesuatu dari rumah mereka, jadi tidak ada pilihan lagi selain barter,” kata Contreras.
Sementara itu, Pablo Lopez (26), yang bekerja di pusat daur ulang kecil, mengatakan dampak dari kenaikan harga barang memang jelas terlihat.
“Inflasi ini gila. Anda bisa melihat di sini, dengan orang-orang yang datang bekerja, inflasi berdampak pada kami semua,” tuturnya.
Argentina memang diprediksi mengalami kenaikan harga barang tertinggi sejak periode hiperinflasi pada 1990-an.
Keadaan ini diperparah dengan masalah percetakan uang dan lingkaran setan kenaikan harga oleh pebisnis.
Tak hanya itu, kenaikan harga pupuk dan impor gas di dunia akibat perang Rusia-Ukraina juga memperparah inflasi.
Berdasarkan beberapa analis, inflasi di Argentina kemungkinan naik hingga 6,7 persen hanya pada September.
Menurut survei analis yang dilakukan bank sentral Argentina pada 6 Oktober, inflasi tahunan bahkan dapat mencapai 100,3 persen.
Untuk mengatasi masalah ini, bank sentral Argentina menaikkan suku bunga hingga 75 persen.
Sementara itu, tingkat kemiskinan di Argentina sudah mencapai lebih dari 36 persen pada enam bulan pertama 2022. Angka kemiskinan parah di sana juga naik hingga 8,8 persen.
Sumber: CNN Indonesia