Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.463 per dolar AS pada Selasa (18/10) sore. Mata uang garuda menguat 24 poin atau 0,16 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah melemah ke posisi Rp15.463 per dolar AS pada perdagangan sore ini.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau berada di zona hijau. Yuan China menguat 0,03 persen, ringgit Malaysia menguat 0,01 persen.
Kemudian, won Korea Selatan menguat 0,88 persen, dolar Singapura menguat 0,15 persen, dan yen Jepang menguat 0,03 persen. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Mayoritas mata uang negara maju juga menguat. Euro Eropa menguat 0,07 persen, dolar Kanada menguat 0,01 persen, dan dolar Australia menguat 0,10 persen. Sedangkan, poundsterling Inggris melemah 0,23 persen.
Senior Analyst DC Futures Lukman Leong mengatakan rupiah menguat karena didukung oleh sentimen risk on di bursa yang memicu permintaan aset dan mata uang beresiko.
Rupiah juga didukung oleh pelemahan dolar AS dari menurunnya imbal hasil obligasi AS.
Dengan absennya data ekonomi penting AS pekan ini, pasar terlihat berusaha rebound (bangkit) dan sentimen risk on kelihatannya masih akan bertahan dalam beberapa hari ke depan.
“Namun, penguatan rupiah yang signifikan masih akan berat, mengingat ekspektasi pasar pada pertemuan BI Kamis mendatang yang hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps yang dinilai kurang agresif di tengah inflasi yang diperkirakan akan melewati 6 persen,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Sumber : CNN Indonesia