Kasus penyakit gangguan ginjal akut misterius pada anak mengalami peningkatan beberapa bulan terakhir. Terbukti, lonjakan paling signifikan terjadi sepanjang Agustus dan September.
Kasus gangguan ginjal akut misterius ini disebut sudah ada sejak Januari, namun mulai melonjak di periode Agustus dan September. Sejauh ini belum ada pasien gagal ginjal kronik yang harus cuci darah rutin.
Penyakit ini terjadi secara mendadak dan memiliki kondisi perburukan yang lebih cepat dari biasanya. Hal inilah yang membuatnya disebut sebagai ‘penyakit ginjal misterius’.
Sampai saat ini, sebagian besar penyakit ginjal misterius di Indonesia terjadi pada anak usia di bawah lima tahun.
Penyakit ginjal misterius pada anak Indonesia ini memunculkan dugaan kaitannya dengan obat batuk buatan India.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan global untuk empat sirup obat batuk dan demam yang diduga berkaitan dengan kematian 66 anak di Gambia. Keempat obat sirup tersebut, yakni Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup.
WHO menyebut, keempat obat diproduksi oleh perusahaan India, Maiden Pharmaceuticals, yang diduga tak memiliki jaminan keamanan.
Analisis laboratorium dari sampel empat produk menunjukkan bahwa semua oba sirup tersebut mengandung dietilen glikol dan etilen glikol sebagai kontaminan yang jumlahnya melebihi batas aman sehingga bisa menjadi racun dan menyebabkan cedera ginjal akut.
Orang tua korban mengungkapkan bagaimana anak-anak mereka berhenti buang air kecil setelah diberi sirup, menurut laporan BBC. Ketika kondisi anak memburuk, upaya untuk menyelamatkan hidup mereka tidak lagi membuahkan hasil.
Melansir Reuters, Presiden Gambia Adama Barrow pada Jumat (7/10/2022) mengatakan lonjakan kasus cedera ginjal akut yang kemungkinan terkait dengan sirup parasetamol dan menewaskan puluhan anak dalam beberapa bulan terakhir telah terkendali. Dalam dua minggu terakhir, hanya ada 2 kasus serupa yang dilaporkan.
Pihak berwenang Gambia meluncurkan penyelidikan pada September lalu setelah dokter melaporkan sejumlah anak mengalami gejala setelah meminum sirup parasetamol yang dijual secara lokal untuk mengobati demam. Maiden mengatakan bahwa perusahaan baru mendengar tentang kasus kematian dan masih berusaha mencari tahu detailnya.
Presiden Barrow mengatakan Kementerian Kesehatan Gambia bekerja sama dengan WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Beberapa sampel sirup yang dikirim ke Senegal, Ghana, Prancis dan Swiss untuk pengujian menunjukkan tanda-tanda kontaminasi, tambahnya tanpa perincian lebih lanjut.
Barrow menambahkan, Kementerian Kesehatan Gambia telah meninjau pemeriksaan kualitas impor obat dan peraturan terkait lainnya untuk memastikan tidak ada kasus serupa di masa depan.
Sumber : CNBC Indonesia