Sejumlah prajurit dari wajib militer (Wamil) Rusia mengalami kisah tragis hingga ada yang tewas sebelum bertempur di Ukraina.
Pejabat di Rusia Timur menemukan petugas pendaftaran yang bertanggung jawab atas mobilisasi di distrik Partisanky, Roman Malyk, tewas pada 14 Oktober malam.
“Hati seorang yang kuat dan pemberani yang melewati ‘titik panas’, tetapi tidak hancur di bawah beban agenda militer yang keras, telah meninggal,” demikian pernyataan resmi pejabat Partisanky, seperti dikutip Newsweek, Selasa (18/10).
Media lokal melaporkan dalam jenazah Malyk ditemukan tanda-tanda bunuh diri.
Menanggapi laporan itu, polisi melakukan penyelidikan terkait penyebab anggota wamil itu. Apakah Malyk tewas karena dibunuh atau bunuh diri.
Kematian Malyk terjadi setelah seorang pemuda Rusia melepas tembakan di kantor pendaftaran militer.
Gubernur Irkutsk, Igor Kobzev, mengatakan saat kejadian status darurat diterapkan di wilayah tersebut.
“Seorang pemuda menembak kantor pendaftaran militer,” kata Kobzev via di kanal Telegram.
Lebih lanjut, ia menerangkan insiden itu membuat komisaris militer, Alexander Vladimirovich Eliseev, mengalami luka serius dan dirawat di ICU.
Menurut berbagai laporan, sebelum penembakan pelaku menyampaikan penolakan terhadap perang.
“Tak ada satu pun yang akan perang [dan] sekarang kita akan pulang ke rumah,” kata pelaku dari berbagai laporan.
Menurut Kobzev, petugas keamanan segera berhasil menangkap pelaku.
Ibu pelaku, Marina Zinina, mengatakan anaknya tak menerima panggilan untuk ikut wamil. Namun, sahabat dia dipanggil untuk persiapan perang ke Ukraina.
“Ruslan sangat marah karena ini, karena teman dia tak menerima panggilan di militer,” kata Zinina.
Ia kemudian berujar, “Mereka mengatakan akan ada mobilisasi parsial, tetapi ternyata mereka mengerahkan semua orang.”
Kematian Malyk bukan kali pertama. Pada 9 Oktober lalu, seorang tentara cadangan Rusia dilaporkan ditemukan tewas di Sekolah Komando Tinggi Militer novosibirsk (NVVK) Siberia.
Menurut salah satu kerabatnya, dia meninggal “karena tindak kekerasan.”
Beberapa pekan terakhir, setidaknya dua orang yang bertanggung jawab terkait mobilisasi parsial di Rusia ditangguhkan..
Pada Senin lalu, Gubernur St Petersburg, Alexander Beglov, memberhentikan kepala departemen mobilisasi di St. Petersburg, Viktor Shevchenko.
Kemudian awal Oktober ini, seorang perwira di Khabarovsk, wilayah timur jauh Rusia, diskors setelah ribuan orang salah direkrut.
Gubernur Krai Khabarovsk, Mikhail Degtyaryov, mengatakan dari sekian ribu rekan sebangsa yang menerima panggilan dan datang ke kantor pendaftaran militer dalam 10 hari terakhir, sekitar setengahnya dipulangkan.
“Mereka gagal memenuhi kriteria seleksi,” kata Degtyaryov.
Pada September lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi wamil parsial ke Ukraina. Seruan ini memicu ‘kabur massal’ dan protes dari warga.
Dalam pengumuman itu, Rusia siap mengerahkan 300 ribu tentara cadangan.
Seruan itu muncul usai pasukan Ukraina berhasil memukul mundur pasukan Rusia di sejumlah titik.
Sumber: CNN Indonesia