Kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak terjadi peningkatan terutama dalam dua bulan terakhir. Kemenkes mencatat hingga Selasa (18/10/2022), ada 206 kasus gagal ginjal akut misterius yang telah menewaskan sedikitnya 99 anak.
Hal ini tentu meresahkan meresahkan banyak orangtua. Terkait hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta orang tua untuk tidak panik, tenang namun selalu waspada. Di sisi lain, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah risiko infeksi pada anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI mengimbau agar orang tua mengurangi aktivitas balita mereka di tempat berisiko tinggi.
“Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, yang memaparkan risiko infeksi (kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker, dll),” jelas rilis resmi IDAI.
Orang tua juga diimbau untuk memastikan bahwa anak mendapat asupan cairan yang cukup.
Selain itu, perhatikan frekuensi serta volume air kencing anak. Bila urin anak berwarna pekat atau kecoklatan, volume urin berkurang, hingga tidak ada urin selama 6-8 jam pada siang hari, orang tua diminta untuk segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Kemenkes RI mengungkapkan bahwa pasien anak di bawah usia kurang dari 18 tahun dengan oliguria (urine sedikit) atau anuria (tidak kencing sama sekali) dan dengan riwayat demam, diare, muntah, sesak, batuk, dan pilek dianggap mengalami gejala gagal ginjal akut.
Apa yang menjadi indikasi anak yang menunjukkan gejala gagal ginjal akut untuk rawat inap?
Indikasi anak gagal ginjal akut harus dirawat inap
1. Diare dengan penyulit
2. Sesak napas
3. Penurunan kesadaran
4. Kejang
5. Urine berkurang atau tidak ada sama sekali
Sumber : CNBC Indonesia