Penggunaan produk pelurus rambut berbahan kimia ternyata bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa obat pelurus rambut bisa meningkatkan risiko kanker rahim.
Dilansir dari Science Alert, Kamis (20/10/2022), selama hampir 11 tahun, National Institutes of Environmental Health Sciences (NIEHS) meneliti 33.947 perempuan dewasa yang terlibat dalam penelitian. Hasilnya, para peneliti menemukan sebanyak 378 perempuan diidentifikasi mengalami kanker rahim.
Berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan Journal of National Cancer Institute, mereka yang telah menggunakan produk pelurus rambut kimia lebih dari empat kali dalam 12 bulan sebelum disurvei, 155 persen berpotensi tinggi didiagnosis menderita kanker rahim dibandingkan dengan mereka yang tak pernah melakukan perawatan pelurusan.
Sebagai gambaran, mereka yang tidak pernah menggunakan produk pelurus rambut berpeluang 1,64 persen terdiagnosis kanker rahim saat berusia 70 tahun. Angka itu meningkat hingga 4,05 persen pada orang yang sering meluruskan rambut mereka secara kimiawi. Meskipun risiko terhitung masih kecil, ada peningkatan yang signifikan.
Sementara itu, pewarna rambut diklaim tidak ada keterkaitan dengan kanker rahim. “Temuan ini adalah bukti epidemiologis pertama tentang hubungan antara penggunaan produk pelurus rambut dan kanker rahim,” tulis para peneliti di NIEHS.
Penggunaan bahan kimia terlalu sering dapat mengganggu sistem endokrin. Selain itu, kanker rahim juga telah dikaitkan dengan kelebihan hormon estrogen dan progesteron. Para peneliti menyebutkan, produk rambut berbahan kimia dapat meniru hormon alami tersebut dan mengikat reseptornya.
Pada 2018, peneliti menemukan bahan kimia pengganggu endokrin dalam 18 produk rambut yang diuji. Produk tersebut mengandung 84 persen bahan kimia yang tak tercantum pada label. Sementara itu, 11 produk rambut di antaranya juga mengandung bahan kimia yang dilarang menurut Pedoman Kosmetik Uni Eropa atau diatur berdasarkan undang-undang California.
Selain itu pada 2019, penelitian yang didanai oleh NIH, menemukan bahwa pewarna rambut permanen dan bahan kimia pelurus rambut juga dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi. Sedangkan pada 2021, studi lanjutan menemukan jika pewarna rambut permanen dan bahan kimia pelurus juga terkait dengan risiko kanker ovarium yang lebih tinggi.
Saat ini, para peneliti NIH masih meneliti secara spesifik jenis bahan kimia yang dapat dikaitkan dengan efek karsinogenik ini. Namun, bahan kimia yang menjadi dugaan sementara adalah paraben, ptalat, dan formaldehida.
Peneliti menyebutkan bahwa kulit kepala manusia mudah menyerap bahan kimia dibandingkan dengan area kulit lain yang lebih tebal, seperti telapak tangan atau bagian perut. Sedangkan tanpa disadari, catokan dan pengering rambut dapat menguraikan bahan kimia pada rambut melalui panas. Hal tersebut mengarah pada efek potensi yang lebih berbahaya.
Dalam studi, peneliti pun mengamati hubungan antara penggunaan pelurusan kimia dengan aktivitas fisik yang rendah “Kami mengamati hubungan yang lebih kuat dengan penggunaan pelurus di antara wanita dengan aktivitas fisik rendah,” tulis para peneliti.
Aktivitas fisik dikaitkan dengan penurunan hormon steroid seks dan peradangan kronis. Wanita dengan aktivitas fisik yang lebih tinggi, kemungkinan kecil mengalami faktor risiko kanker rahim. Namun,penelitian perlu dilakukan lebih dalam untuk memahami keterkaitan antara aktivitas fisik, penggunaan produk rambut, dan kanker rahim.
Sumber : CNBC Indonesia