Facebook mulai memperlihatkan sinyal akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Satu posisi yang terdampak kebijakan anak perusahaan Meta adalah para pengemudi bus yang digunakan oleh perusahaan.
WeDriveU, vendor yang digunakan Meta untuk angkutan komuter, mengumumkan mengurangi staf di dalam dan sekitar kantor raksasa jejaring sosial itu. CNBC Internasional, mengutip pengajuan pekerjaan, menyebutkan kebijakan itu akan dilakukan pada November mendatang dengan jumlah yang terdampak mencapai 100 orang.
Selain pengemudi, posisi lain yang terdampak kebijakan PHK perusahaan adalah petugas operator, manajer operasi dan supervisor.
Vendor lainnya, Hallcon Corporation juga melakukan PHK pada 63 orang pegawainya di San Francisco pada 25 November 2022 mendatang. Penyebabnya adalah karena penurunan signifikan pada layanan klien.
“Beberapa karyawan bisa dipertahankan atau dipanggil kembali untuk bekerja. Namun tidak ada karyawan Hallcon Company yang diberhentikan harus mengandalkan penarikan kembali,” jelas seorang direkrut sumber daya manusia perusahaan, dalam pengarsipan, dikutip Senin (24/10/2022).
Selain dua vendor itu, Meta dilaporkan telah memotong staf antar jemput perusahaan dari kontraktor lainnya. “Keempat perusahaan kehilangan orang,” ungkap presiden serikat pekerja Teamster Bay Area Local 853, Stacy Murphy.
Soal pemangkasan pegawai tersebut, juru bicara Meta hanya mengatakan, “Sejak kembali ke kantor, kami telah menyesuaikan layanan di tempat, termasuk program transportasi, untuk mencerminkan kebutuhan tenaga kerja hybrid kami”.
Setelah membuka kembali kantornya pada Maret lalu, Meta memberi pilihan pada para pegawainya untuk bekerja jarak jauh secara permanen atau hybrid. Kebijakan ini berdampak pada sejumlah usaha, termasuk transportasi, di San Fransisco yang berjuang akibat perubahan di tempat kerja.
Meta diketahui melakukan kebijakan efisiensi dengan memangkas biaya mencapai 10% atau lebih selama beberapa bulan mendatang. Ini sebagai cara perusahaan menanggapi tantangan ekonomi makro dan kinerja perusahaan yang kurang baik secara umum.
Sumber : CNBC Indonesia