Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS turut membuat biaya umrah ‘meledak’. Ongkos minimal untuk ibadah ke Tanah Suci kini minimal Rp 29-30 juta.
Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Firman M Nur mengatakan, ada kenaikan setidaknya 5% dari dari pelemahan rupiah yang menyentuh lebih dari Rp 15.500/US$.
“Sehingga dari harga referensi Rp 26 juta atau US$1.600 per itu nggak cukup, harus US$1.700 untuk memenuhi standar minimal dari Kementerian Perdagangan,” kata Firman kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (25/10/2022).
Namun beban pada biaya umrah tidak hanya pada nilai tukar, namun kenaikan harga avtur atau tiket pesawat dan tingkat inflasi yang tinggi di Arab Saudi juga membuat harga lebih mahal.
“Saat ini angka harga paket sudah mendekati Rp29-30 juta paket termurah, ini yang rasional sesuai standar pelayanan minimal dari Kementerian Agama,” kata Firman.
Melansir beberapa website penjualan paket umrah, seperti Pusat Umroh, mereka menawarkan penjualan paket reguler 12 hari Rp 29 juta dan Gold 12 hari Rp 35 juta.
Sedangkan paket dari Almira Travel menawarkan paket termurah sekamar berempat mencapai Rp 29,9 juta dan sekamar berdua Rp 32,4 juta.
Menurut Firman, minat masyarakat untuk menjalankan ibadah umrah sangat tinggi karena sudah tertunda 2 tahun imbas pandemi. Setidaknya rata-rata keberangkatan saat ini meningkat dari 100.000 ribu orang per bulan pada waktu sebelum pandemi menjadi 160.000 orang.
Meski begitu, lonjakan biaya umrah membuat orang menunda perjalanan.
Selain itu, Amphuri saat ini juga tengah bersurat dengan Bank Indonesia untuk menjual paket ibadah Umrah dan Haji dalam mata uang dolar AS, supaya fluktuasi tidak membebani penyelenggara.
“Karena transaksi kami di-spend di luar negeri, sangat berdampak jika harga jualnya tetap menggunakan rupiah,” pungkasnya.
Sumber : CNBC Indonesia